Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Genjot TKDN di Industri Trafo Dalam Negeri, PLN Gandeng Dua BUMN

        Genjot TKDN di Industri Trafo Dalam Negeri, PLN Gandeng Dua BUMN Kredit Foto: PLN
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT PLN (Persero) bersinergi dengan PT Krakatau Steel (KS) dan Pertamina Lubricants untuk mendukung peningkatan penggunaan produk dalam negeri di sektor energi ketenagalistrikan.

        Adapun kerja sama dengan Krakatau Steel PLN bersinergi dalam pengembangan dan penggunaan produk baja. Sedangkan dengan Pertamina Lubricants, PLN bersinergi dalam pengembangan dan penggunaan minyak pelumas dan transformator oil.

        Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan kolaborasi ini adalah upaya untuk mengonsolidasikan volume pemakaian silicon steel dan minyak trafo. 

        Baca Juga: Tingkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri, PLN Gandeng Surveyor Indonesia

        Lewat kerja sama tersebut, diharapkan produk silicon steel yang sebelumnya diproduksi di luar negeri, kini bisa diproduksi di dalam negeri. Silicon steel sendiri merupakan salah satu material paling penting yang digunakan sebagai inti dari sebuah trafo.

        "Kerja sama ini juga dilakukan agar industri silicon steel dan minyak trafo dapat tersedia di dalam negeri," ujar Darmawan dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (25/11/2022). 

        Darmawan mengatakan, kplaborasi PLN dengan Pertamina Lubricant, untuk menghadirkan produksi minyak trafo di Indonesia. Langkah ini dilakukan untuk menjawab tantangan sulitnya mendapatkan bahan baku dari dalam negeri untuk proyek di industri trafo.

        "Tantangan ketersediaan bahan baku kemudian gayung bersambut dengan langkah cepat teman teman Pertamina dan Krakatau Steel untuk bersama PLN menciptakan industri yang bisa memenuhi kebutuhan ini," ujarnya. 

        Lanjutnya, Darmawan berharap langkah ini dapat meningkatkan angka TKDN di industri trafo yang hanya di kisaran 30 persen hingga 40 persen. Semula, angka ini sangat sulit untuk ditingkatkan menjadi lebih tinggi lagi, mengingat bahan baku utamanya yakni silicon steel dan minyak trafo, masih berasal dari luar negeri alias impor. 

        Sedangkan, masing-masing dari produk tersebut mengambil porsi 30 persen dari biaya produksi. Belum lagi masalah produsennya yang terbatas, yang di dunia ini untuk silicon steel hanya ada 10 pabrikan saja.

        Sehingga dunia berebut untuk mendapatkannya dan mengakibatkan harga yang mahal, ketersediaan yang sangat terbatas. Dan untuk mendapatkannya harus inden empat bulan hingga enam bulan. Secara prinsip ekonomi, jika barang semakin langka dan sulit didapat, maka harganya akan lebih mahal. 

        "Silicon steel itu kami mendapatkan impor dari mitra-mitra kami, itu langka. Berebut karena produsennya sangat terbatas. Sudah berebut, dapatnya lama, karena jarang barangnya, harganya tinggi. Nah ini yang menyebabkan itu tadi," ungkapnya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: