Geger Kabar Rakyat Dibohongi untuk Datang ke Acara Relawan Jokowi, Refly Harun Blak-blakan: Pemerintah Sudah Tak Percaya Diri!
Soal heboh pengakuan massa yang diundang tidak sesuai dengan yang seharusnya di acara Gerakan Nusantara Bersatu relawan Jokowi, indikasi mobiliasasi massa bayaran pun menguat mengenai kegiatan ini. Video-video dan narasi di sosial media mengenai pengakuan peserta pun bertebaran.
Mengenai hal ini, Pakar Hukum Tata Negara sekaligus pengamat politik Refly Harun angkat suara. Menurutnya, jika kabar itu benar maka pemerintahan Jokowi sudah tak lagi percaya diri dengan keinerja yang dilakukan selama ini.
“Itu menunjukkan pemerintahan tidak terlalu percaya diri lagi dengan apa yang seharusnya mereka capai,” ujar Refly melalui kanal Youtube miliknya, dikutip Senin (28/11/22).
“Kalau ini benar, pertama dia bukan massa genuine, kedua mereka dimobilisasi, ketiga dibohongi, sangat membuat miris rasanya, kok bisa?” jelasnya.
Refly menuturkan jika pemerintahan Jokowi percaya diri dengan apa yang dikerjakan dan capai, tentu hal semacam mobilisasi dan bayaran ini tak akan terjadi.
Untuk membedakan mana relawan atau simpatisan yang memang sungguh-sungguh mendukung dengan yang bayaran, menurut Refly sangatlah mudah.
“Mudah cara membedakaannya, yang dimobilisasi itu yang datang bukan karena kejendaknya sendiri tapi karena dimobilisasi, tapi relawan yang genuine adalah kumpul dengan kehendaknya sendiri,” jelasnya.
Memang yang namanya sekumpulan orang pasti akan terorganisir, tetapi menurut Refly akan sangat jelas soal mana yang benar-benar dan mana yang sekadar dibayar atau ikut-ikutan.
Sebagai contoh, Refly menyebut momen pelepasan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta di mana lautan manusia terbentuk untuk melepas Anies. Refly yang mengaku datang di sekitaran GBK menilai acara relawan Jokowi kuat terindikasi ada mobilisasi yang disengaja.
“Contoh misalnya ketika pelepasan Anies Baswedan nah itu kelihatan, itu bukan dimobilisasi, itu betul-betul orang pengin lihat walaupun barangkali tujuannya macam-macam tapi itu genuine, tidak dimobilisasi,” ujarnya.
“Kalau dimobilisasi itu seperti di GBK ini, saya kebetulan pagi-pagi datang bagaimana bus-bus itu men-deploy orang-orang yang datang, nah itu ciri mobilisasi itu. Kalau tidak, mereka datang tidak teratur biasanya pokoknya mereka berdatangan begitu saja, ada pengumuman mereka datang begitu saja, itu tidak dimobilisasi. Kalau kemarin mereka diangkut dengan bus-bus dari berbagai daerah lalu bus itu menuju pada GBK, kalau acara lain ya busnya nggak menuju titik kumpul, kan ngga boleh kalau misalnya kita parkir di samping Gatot Subroto, khusus acara Jokowi diperbolehkan,” jelasnya.
“Jadi bus-bus itu parkir di jalanan umum sepanjang Gatot subroto, paling tidak yang saya lihat sebelum Kartika Chandra sudah ada bus parkir sampai pancoran. Harusnya orang datang berbagai macam, ini rapih sekali bus-bus datang dari berbagai daerah, berarti ada yang mengkoordinir,” jelasnya.
Sebelumnya, beberapa pengakuan terkait massa aksi gerakan tersebut beredar di media sosial.
Mengutip pemberitaan Tempo.co Senin (28/11/22), ada sejumlah pengakuan peserta aksi yang mengaku awalnya mereka ikut untuk acara keagamaan.
"Ya ada senangnya, ada enggaknya. Tadi katanya mau shalawat qubro tapi ternyata ini enggak, beda (dari agenda). Saya kecewanya di situ sih," ujar seorang warga.
"Seru tapi pegel, campur-campurlah. Puas soalnya bisa lihat Pak Jokowi di Jakarta. Kami ini dari madrasah. Kami kira bakal ada Habib Lutfi," kata Wipa di lokasi.
"Rencana ke sini enggak tahu. Diajak doang oleh temen. Disediain bus main ke Jakarta. Cuma enggak tahu mau ngapain. Karena lagi libur kerja, diajak main ya udah (ikut). Awalnya (dibilang) ada silaturahmi Nusantara. Cuma enggak tahu kalau ada Pak Jokowi," ujar warga lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto