Di Era Jokowi Buzzer Punya Jenjang Karir, Rocky Gerung: Kakak Pembina Selalu Kasih Semangat!
Menjelang akhir masa jabatan di Periode kedua, rekam jejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama dua periode memimpin mulai disorot kembali, salah satunya menjamurnya buzzer/buzzerp. Bahkan buzzer ini dianggap mendapat posisi menarik di rezim Jokowi dengan menempati posisi semacam komisaris.
Mengenai hal ini, pengamat Politik Rocky Gerung angkat suara. Rocky menilai memang ada jenjang karir bagai para buzzer di kepemimpinan Jokowi.
“Memang karena mereka berharap percontohan itu, kakak pembina selalu kasih semacam semangat. Nanti semakin kredit pointnya masuk sudah berapa orang yang sudah anda semprot, ini tokoh yang mesti dihajar. Itu kemudian akan jadi kredit untuk naik jabatan jadi komisaris atau dirjen minimal,” jelas Rocky melalui kanal Youtube Rocky Gerung Official yang juga bersama Hersubeno Arief dari Forum News Network (FNN) dikutip Rabu (30/11/22).
Mengenai perbuzzeran di Indonesia, Rocky blak-blakan menyebut Presiden Jokowi sangat lekat dengan buzzer itu sendiri.
Menurutnya ada perbedaan mendasar “buzzer” atau pendegung partai politik yang umumnya dilakukan oleh kader melaui penyebaran nilai dan gagasan partainya, dengan buzzer perseorangan yang menurut Rocky lekat pada Jokowi.
“Memang kata buzzer kan khas punya Jokowi kan. Kan nggak ada buzzer PDIP, PDIP buzzer-nya ya kadernya sendiri, Demokrat ada buzzer nggak ada, buzzer Demokrat adalah kader sendiri, PKS juga gitu. Semua partai buzzer-nya adalah kadernya sendiri. Nah, Pak Jokowi adalah buzzer-nya itu outsource itu, itu bedanya" ujar Rocky.
Mantan dosen Universitas Indonesia (UI) tersebut juga menggambarkan buzzer layaknya sebuah perisai yang tebal. Bahkan saking tebalnya perisai buzzer ini, Rocky menilai Jokowi sudah tidak lagi atau paling tidak minim akses ke masyarakat. Hal ini karena menurut Rocky Jokowi hanya mendengar dengungan para buzzer.
Rocky menilai buzzer di lingkup istana bukan lagi menjalankan tugasnya untuk mendengungkan atau mempromosikan nilai dan gagasan yang diyakini sosok atau lembaga yang dibela.
Rocky menganggap buzzer lingkup istana justru malah sibuk menyerang dibandingkan menjalankan fungsi yang seharusnya. Hal ini menurut Rocky membuat Demokrasi di Indonesia menjadi buruk.
“Yang lebih bahaya buzzer itu menyerang bukannya mempromosikan. Jadi ada bengisnya buzzer-buzzer ini, kenapa? Karena setiap kali ada serangan langsung bisa dikonversi jadi uang. Jadi makin marah makin galak buzzer itu makin dompetnya tebal diisi terus oleh majikannya, itu yang merusak demokrasi," tuturnya Rocky Gerung.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto