Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Alih-Alih Mobil, Insentif Motor Listrik Paling Dibutuhkan! Ini Alasannya

        Alih-Alih Mobil, Insentif Motor Listrik Paling Dibutuhkan! Ini Alasannya Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Direktur Utama Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan bahwa pihaknya sangat mendorong pemberian insentif kepada kendaraan listrik (electrik vehicle/EV) roda dua atau sepeda motor. 

        "Kami sangat mendukung ide untuk mendorong atau pemberian insentif kepada motor roda dua karena saat ini populasi roda dua itu 120 juta jadi kira-kira hampir 40 persen bahkan sampai separuhnya kalau kita lihat mereka yang orang Indonesia itu punya motor," ujar Fabby dikutip dari akun YouTube IESR, Kamis (29/12/2022). 

        Baca Juga: Tak Setuju Pemerintah Beri Insentif Kendaraan Listrik, IESR: Yang Beli Mobil Listrik Itu Orang Mampu

        Fabby mengatakan bahwa motor tak hanya menjadi sarana transportasi, tetapi juga karena keterbatasan infrastruktur transportasi publik dan juga sebagai sumber mata pencaharian. 

        "Kita lihat saja logistik, share riding dengan ojol itu mereka kerja dan sarananya ada di sana, jadi kalau saya bilang bahwa pemberian insentif untuk motor yang jumlahnya banyak tadi terus kemudian juga sasaranya menengah ke bawah," ujarnya.

        Menurutnya, pemberian insentif untuk kendaraan roda dua lebih tepat jika dibandingkan dengan pemberian untuk kendaraan roda empat. Pasalnya, banyak masyarakat yang menggunakan untuk kegiatan produktif. 

        Fabby menilai hal tersebut rasanya lebih tepat untuk dilaksanakan, ditambah lagi dengan adanya rencana yang diwacanakan untuk pemberian insentif bagi konversi motor konvensional ke motor listrik, khusunya untuk motor yang relatif usianya tua, mungkin yang usianya diatas 6-7 tahun yang bodynya masih bagus.

        "Yang harus diganti mesinya tambahin baterai dll itu bisa lebih cepat mendorong penetrasi karena kira ini salah satu tujuannya memangkas konsumsi BBM yang kemudian akan berdampak pada import BBM dan menurunkan emisi dan polusi jadi kalau kita lihat konsumsi BBM yang dari segmen kendaraan roda dua ini kan cukup besar secara presentase jadi kalau kira ingin 120 juta kita ingin transformasi dengan cepat jadi kendaraan listrik itu memang harus jor2an disitu diganti," ungkapnya. 

        Lanjutnya, hal tersebut memang tidak bisa dilakukan langsung dalam satu tahun, tapi dapat dilaksanakan dalam rentan waktu 10-15 tahun dimana pemerintah juga sudah mempunyai target pada tahun 2030 13 juta motor listrik.

        Sehingga jika dihitung, untuk mencapai 13 juta tahun pada 2030 setidaknya setiap tahunya harus ada 1 sama 1,5 juta kendaraan roda dua yang dikonversi hingga tahun tersebut. 

        "Ini kalau baru terlalu mahal tapi kalau konversi dengn beli 5 juta itu mungkin bisa lebih cepat, jadi ini yang menurut saya menimbang mengenai prioritas ynag lain, keterbatasan fiskal kemudian manfaat sasaran dan motor itu jauh lebih tepat ketimbang mobil dan benar tadi juga sata kira kira kira mendukung publik trasnport, bis listrik, moda kecil yang diperkotaan itu juga bisa digantikan dengan listrik, dan kalau yang ini bisa dilakukan maka ya mendorong bisa menyelesaikan banyak permasalahan termasuk urusan kemacetan, urusan polusi udara bisa dikurangi tidak hanya penurunan konsumsi BBM," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: