Nasdem Bawa Jokowi ke Posisi Serba Dilema, Pengamat: Tekanan PDIP Tak Cukup Kuat
Isu reshuffle menteri kian menguat paska pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengatakan adanya kemungkinan melakukan perombakan kabinet. Isu tersebut juga menguat seiring dengan munculnya berbagai pernyataan yang keluar dari para kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Bermula dari pernyataan Ketua Bidang Ideologi PDIP, Djarot Syaiful Hidayat yang mengatakan bahwa presiden perlu melakukan evaluasi terhadap kinerja Menteri Pertanian dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Hal tersebut juga dipertegas oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto yang secara spesifik menilai kinerja Menteri Pertanian tidak begitu memuaskan di masa-masa akhir kepemimpinan Jokowi.
Baca Juga: Orang Gerindra Peringatkan Jokowi Bakal Dikhianati Jelang Pilpres 2024
Isu reshuffle kembali mengerucut pada salah satu partai koalisi yang telah mendeklarasikan simbol oposisi pemerintah, Anies Baswedan, sebagai bakal calon presiden Nasdem. Deklarasi tersebut dinilai Hasto sebagai pemicu awal adanya perbedaan prinsip politik.
Oleh sebab itu, Hasto menilai bahwa seyogyanya partai politik terkait memiliki kesadaran untuk menarik diri dari pemerintahan Jokowi, yakni salah satu kader dari partai PDIP.
"Sudah seharusnya ketika mencalonkan seseorang yang berbeda dan menjadi antitesa kepada presiden yang sedang menjabat, muncul kesadaran politik untuk menarik diri. Jadi mendukung presiden itu bukan untuk mendapatkan enaknya," kata Hasto dalam konferensi persnya yang diikuti secara virtual, Jumat (30/12/22).
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional, Adib Miftahul menilai bahwa Jokowi tidak sampai hati melakukan reshuffle pada menteri Nasdem. Pasalnya, keputusan Nasdem mendeklarasikan Anies Baswedan, secara tidak langsung membuat buah simalakama untuk Jokowi.
"Kalau dia (Jokowi) reshuffle (Nasdem), tentu saja ini akan 'memuluskan' jalannya Nasdem beserta Anies untu semakin besar, karena dia akan bergerak leluasa. Apalagi Anies ini simbol oposisi," kata Adib saat dihubungi Warta Ekonomi, Sabtu (31/12/22).
Adib juga menilai, PDIP tengah menekan Jokowi melalui suara-suara reshuffle yang digaungkan para elit partai. Dia menyebut, PDIP dan Nasdem kian memperlihatkan kerenggangannya paska Anies Baswedan dideklarasikan.
Kendati demikian, isu reshuffle masih hanya sebatas perbincangan yang belum juga menemukan titik akhir. Adib menilai, Jokowi masih menganggap reshuffle menteri Nasdem sebagai angin lalu.
"Ini yang saya lihat, bahwa tekanan PDIP belum kuat. Sampai hari ini Pak Jokowi juga masih tidak mau mereshuffle, masih dianggap angin lalu," katanya.
Dia menilai, saat ini Jokowi berada dalam posisi yang serba dilematis. Pasalnya, jika reshuffle dilakukan, Jokowi akan dicap sebagai petugas partai yang mudah diarahkan.
Sementara jika Jokowi mengurungkan reshuffle, Adib menyebut Jokowi sebagai sosok yang kurang tegas. Kendati demikian, Adib tetap beranggapan bahwa Jokowi tidak akan melakukan reshuffle pada menteri Nasdem.
"Jokowi tidak akan mereshuffle Nasdem, karena Nasdem memang dibiarkan, Nasdem akan dibuat 'bebek lumpuh' dalam kabinet," papar Adib.
"Nasdem dibiarkan saja di dalam kabinet, tidak diberikan porsi utuh. Tetapi di 2024 nanti, Nasdem akan punya catatan-catatan tersendiri, karena memang kalau misalnya Nasdem di reshuffle, akan semakin membesarkan Nasdem dan Anies Baswedan," tambahnya.
Dia menilai, Jokowi memiliki posisi sentral dalam kontestasi politik di tahun 2024 nanti. Hal tersebut kian menguat tak kala Jokowi mengumpulkan relawannya di Gelora Bung Karno beberapa waktu lalu.
"Saya masih percaya bahwa dia (Jokowi) akan menjadi king maker tahu 2024," katanya.
"'Kartu' Pak Jokowi sedang dimainkan oleh Pak Jokowi sendiri," tambahnya.
Antara/Aprilio Akbar
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Hidayat
Editor: Fajria Anindya Utami