Perkara Anies Baswedan 'Antitesa' Jokowi Masih Terus Diungkit-ungkit, Orang NasDem Curhat: Ya Allah...
Isu reshuffle kabinet untuk “mengusir” menteri NasDem dari kabinet terutama setelah Surya Paloh Cs memutuskan mendeklarasikan Anies Baswedan menjadi capres mereka. Bahkan istilah Anies Antitesa Jokowi jadi perbincangan hangat yang makin menguatkan kesan agar NasDem segera pergi dari kabinet Jokowi.
Mengenai masalah Antitesa ini, Politisi NasDem Effendy Choirie atau Gus Choi menegaskan istilah antitesis tersebut bukan berasa dari partainya.
“Ya Allah, ini berkali-kali kita sampaikan, orang yang menyampaikan bukan resmi dari Partai NasDem,” ujarnya dalam acara dua sisi Tv One, dikutip dari kanal Youtube TvOneNews, Jumat (6/1/23).
Sebagaimana diketahui, istilah Anies Antitesa Jokowi keluar dari seorang Zulfan Lindan yang saat itu kader Partai NasDem, namun tak lama setelah pernyataan itu keluar, Zulfan Lindan pun diberhentikan oleh Surya Paloh dari NasDem.
“Bahkan sudah bukan di NasDem lagi,” tambah Gus Choi.
Karenanya, ia mengaku heran mengapa masalah ini terus diungkit sampai membuat dorongan agar menteri NasDem angkat kaki dari kabinet Presiden Jokowi.
Menurut Gus Choi, pihak yang terus mengangkat masalah “antitesa” ini penuh dengan kepentingan sendiri.
“ini kok masih diulang-ulang. Ini namanya tidak melihat orang tidak objektif kepentingannya sendiri saja,” ujarnya.
Terkaiat dorongan reshuffle, Gus Choi menegaskan partainya akan berkomitmen pada pemerintahan Jokowi sampai tuntas.
“Komitmen NasDem dengan pemerintahan bukan 2-3 tahun tapi 5 tahun,” ujarnya.
Menurut Gus Choi, Reshuffle adalah hak prorogatif seorang presiden yang tahu bagaimana kinerja para pembantunya. Maka menurutnya, selama tak ada kecacatan berupa tindak korupsi, nepotisme, dll, maka seharusnya seorang presiden tahu apa yang harus dilakukan.
“Ketika dia ada di dalam selama dia tidak ada cacat terkena korupsi, nepotisme, atau lain-lain nah itu hak Presiden,” ungkapnya.
Anak buah Surya Paloh pun menegaskan meskipun punya hak mutlak, seorang presiden tak bisa serta merta menafsirkan kekuasaan yang dipunya dengan semaunya sendiri.
Dalam hal ini, menurut Gus Choi Jokowi bisa menjadi seorang presiden karena keterlibatan berbagai unsur pendukung termasuk NasDem itu sendiri.
“Meskipun dia punya hak, dia dapat jabatan presiden itu tidak ujug-ujug bukan Kun Fayakun (Jadi maka Jadi), tapi ada effort yang luar biasa dari seluruh kekuatan pendukung termasuk NasDem, sehingga ketika dia mengggunakan kekuasaannya maka dia harus melihat faktor sosiologis, politik, dan historis sezaman peran NasDem, kan Jokowi tahu persis,” jelasnya.
“Tapi pernyataan ini bukan hanya kepada Pak Jokowi, siapapun presidennya tidak begitu saja gampang mereshuffle,” ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto