FAPSI Kaji Revolusi SDM Sepak Bola Indonesia: Dari Talenta Hingga Pembinaan Wasit
Forum Akademisi Penggemar Sepakbola Indonesia (FAPSI) kembali menggelar seminar nasional membahas masa depan sepak bola Indonesia di Hotel Grand Mercure Surabaya pada, Senin (23/1). Acara tersebut disambut hangat ratusan suporter Persebaya, Bonek Mania yang hadir.
Kegiatan bertajuk “Revolusi SDM Sepak Bola Indonesia: Manajemen Pembinaan Talenta, Skil, Mental dan Spritual” menghadirkan guru besar dan profesor bidang olahraga serta akademisi untuk memberikan pencerahan dan masukan.
Yaitu, Guru Besar Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang Prof. Dr. M.E. Winarmo, M.Pd dan Guru Besar Psikologi Olah Raga Universitas Negeri Yogyakarta Prof. Dr. Dimyati, M.Si.
Selain itu, juga hadir Dosen Olah Raga Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Dr. Taufik Yudi Mulyanto, S.Ip,. M.Si, Dosen Kebijakan Publik Universitas Nasional Ahmad Firdaus, M.Ap, Dosen Pendidikan Agama Islam Ilmu Al Quran Bogor Ahmad Sauqillah, M.Ag.
Kordinator Nasional FAPSI Dr. Amsori mengatakan, seminar nasional di Surabaya menjadi yang ketiga diselenggarakan oleh FAPSI setelah Jakarta dan Malang beberapa waktu lalu.
Pada kali ini, topik seminar fokus mengkaji soal revolusi SDM talenta dan potensi pemain dan wasit dalam pertandingan sepak bola.
Menurutnya, pemilihan Kota Surabaya untuk membahas SDM dengan alasan bahwa tempat yang dijuluki kota Pahlawan ini memiliki kelebihan dalam menelurkan bibit-bibit unggul pemain tim nasional (Timnas) Indonesia.
"Ini rangkaian kami yang ketiga dan ini sangat substansi. Kita seminar di Surabaya fokus membahas revolusi SDM, dari pemain hingga wasit. Surabaya sendiri menjadi inspirasi karena berhasil menciptakan bibit-bibit yang unggul. Timnas itu tidak pernah sepi dari para pemain sepak bola dari sini,” kata Amsori kepada wartawan, Senin (23/1/2023).
Dikatakan Amsori, diperlukan revolusi visi dalam sepak bola terkait pembinaan SDM. Sebab, selama ini federasi sepakbola bola Indonesia terlalu berambisi untuk menjadi juara jangka pendek sehingga melupakan hal yang substansi, yaitu pembinaan talenta dan potensi pemain lokal untuk dipersiapkan menjadi bibit unggul pemain timnas mada depan.
"Kesalahan fatal PSSI selama ini hanya mengejar kemenangan jangka pendek, makanya mereka banyak lakukan naturalisasi. Sehingga lupa pembinaan talenta dan potensi pemain lokal. Seperti tidak punya visi jauh ke depan," ungkapnya.
Lanjut Amsori, sistem rekrutmen pemain timnas ke depan harus lebih terbuka di tengah sorotan publik yang menduga ada permainan para agen pemain di tubuh PSSI, hingga terjadilah cara-cara kotor dalam rekrutmen pemain.
"Di Surabaya ini saya ingin membuka mata bahwa Indonesia ini luas, karena Indonesia ini luas tentu setiap daerah punya potensi masing-masing,” ucapnya.
Diakui akademisi Universitas Nasional (Unas) Jakarta ini, Persebaya Surabaya menjadi salah satu klub yang melahirkan pemain-pemain timnas berkualitas.
"Saya melihat bahwa di Persebaya ini selalu menciptakan bibit unggul terutama di posisi bek atau pemertahan pemain belakang, saya masih ingat ada namanya Bejo sugiantoro, Anang ma'ruf, Aji Santoso,” akuinya.
Amsori melihat adanya potensi keunikan atau ciri khas pesepak bola di Indonesia di berbagai daerah, seperti Persipura yang selalu melahirkan striker berkualitas, Persebaya pemain belakang dan Persib Bandung pemain tengah.
“Nah ke depan, PSSI bisa menggunakan rumusan ini, kita tidak akan pernah kekurangan stok pemain-pemain hebat. Jadi jangan sampai kalau kemudian bahwa Persebaya ini bek-nya bagus nyarinya di Sulawesi begitu,"
"Maka kita harus diciptakan bukan kemudian kita egosentris kedaerahan, tetapi kita harus bicara realita bahwa bibit yang paling unggul itu banyak, kalau bek itu saya katakan di Jawa Timur,” jelasnya.
Selain itu, persoalan SDM dalam sepak bola tidak hanya soal talenta pemain, tetapi juga soal kualitas kepemimpinan wasit. Sebab, kehadiran wasit sebagai pengadil pertandingan di lapangan seperti utusan Tuhan. Keputusannya sangat berdampak pada kualitas pertandingan.
"Wasit jadi salah satu unsur penting dalam pertandingan sepak bola Indonesia, maka perlu kita rumuskan bagaimana perekrutan, pembinaan, kualifikasi standar FIFA dan persiapan psikologis wasit dalam pertandingan," papar Amsori.
Maka, melihat konteks persoalan sepak bola Indonesia saat ini pilihan yang paling tepat adalah revolusi yang dimulai dari induk federasinya.
Sebab, banyaknya masalah jika tidak dibenahi secara total sampai ke akarnya dikemudian hari pasti akan terulang.
"Itulah kenapa FAPSI hadir, dalam rangka membantu PSSI merumuskan kebijakan, roadmap dan rencana strategis dalam rangka memajukan sepak bola Indonesia," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: