Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Enggak Mau Ribut, Benjamin Netanyahu Langsung Terbang ke Yordania

        Enggak Mau Ribut, Benjamin Netanyahu Langsung Terbang ke Yordania Kredit Foto: Instagram/Benjamin Netanyahu
        Warta Ekonomi, Amman -

        Yordania menerima kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dia diketahui ingin merileksasi ketegangan hubungan kedua negara, sejak ia kembali ke tampuk kekuasaan Desember lalu.

        Netanyahu melakukan kunjungan dadakan ke Yordania pada Selasa (24/1/2023). Ini merupakan kunjungan pertamanya dan lam empat tahun terakhir.

        Baca Juga: 2 Pulau Spesial yang Disiapkan Arab Saudi buat Orang-orang Israel Bermain Kasino

        Kunjungan dadakan ini juga dilakukan beberapa pekan usai Duta Besar Yordania untuk Israel, Ghassan Majali, dicegat polisi Israel saat akan masuk ke Masjid Al-Aqsa. Padahal menurut Yordania, sebagai negara yang didaulat menjaga situs suci itu, tidak ada hak aparat Israel mencegat.

        “Pembicaraan berpusat di sekitar status situs suci yang diperebutkan di Kota Tua Yerusalem, yang suci bagi umat Yahudi dan Muslim, jantung konflik antara Israel dan Palestina,” ungkap pernyataan resmi Yordania seperti dikutip dari Associated Press, kemarin.

        Yordania mendesak Israel untuk menghormati status quo Kompleks Masjid Al Aqsa, atau yang disebut umat Yahudi sebagai Temple Mount. Status quo yang berlaku selama beberapa dekade di bawah pengawasan Yordania, membuat orang Yahudi dan non-Muslim diizinkan berkunjung selama waktu-waktu tertentu, tetapi tidak boleh beribadah di sana.

        Fenomena yang terjadi belakangan adalah, kelompok nasionalis Yahudi, termasuk di antaranya anggota koalisi pemerintahan Netanyahu, semakin sering mengunjungi situs tersebut dan menuntut hak beribadah yang sama.

        Dalam pertemuan Selasa itu, Raja Abdullah II juga mendesak Israel agar menghentikan kekerasan yang merusak harapan penyelesaian damai atas konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun. Yordania menegaskan kembali dukungannya untuk solusi dua negara.

        Perjanjian normalisasi hubungan antara Israel dan Yordania, yang diklaim Tel Aviv sebagai sekutu utama regional, pada 1994 menghasilkan perdamaian yang sangat kaku.

        Pemerintah Yordania telah memanggil Duta Besar Israel dua kali dalam sebulan terakhir, menyusul kunjungan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir ke Kompleks Masjid Al-Aqsa. PM Netanyahu juga telah berulang kali menegaskan jaminan, bahwa tidak akan ada perubahan status quo di situs suci tersebut.

        Yordania juga melayangkan protes ke Israel setelah polisi Israel sempat mencegat kunjungan Duta Besar Yordania ke Kompleks Masjid Al-Aqsa, mengecam tindakan tersebut sebagai penghinaan atas peran Yordania sebagai pelindung situs suci tersebut.

        Kompleks Masjid Al-Aqsa dikelola otoritas keagamaan Yordania sebagai bagian dari perjanjian tidak resmi, setelah Israel merebut Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Gaza dalam perang 1967. Meski demikian, Israel bertanggung jawab atas keamanan di Al-Aqsa, situs suci ketiga bagi umat Islam setelah Mekah dan Madinah.

        Apapun yang terjadi di Kompleks Masjid Al-Aqsa tidak hanya memiliki implikasi regional, namun juga global. Kompleks Masjid Al-Aqsa muncul sebagai titik konflik utama antara Israel dan dunia Muslim.

        Pada 2017, ketika itu, Israel menempatkan detektor logam, kamera, dan tindakan pengamanan lainnya di pintu masuk kompleks sebagai respons atas serangan mematikan di sana. Setelah beberapa hari terjadi bentrokan terburuk dalam beberapa tahun terakhir antara Israel-Palestina, Yordania membantu menyelesaikan krisis tersebut.

        Selama bertahun-tahun, Yordania dan Israel telah mempertahankan aliansi keamanan yang penting, yang menopang posisi Yordania sebagai mitra Barat di salah satu wilayah dunia yang paling bergejolak.

        Baca Juga: Ide 'Out of the Box' Menteri Israel Makin Jadi Ancaman buat Keselamatan Palestina!

        Benjamin Netanyahu kembali berkuasa terhitung sejak 29 Desember 2022, sebagai PM yang memimpin koalisi ekstrem kanan (ultranasionalis). Koalisi itu merupakan pemerintahan paling kanan dalam sejarah Israel.

        Pemerintahan baru tersebut terdiri atas aliansi beberapa partai. Yakni partai konservatif Likud pimpinan Netanyahu, partai propemukim Zionisme Religius yang menyerukan aneksasi Tepi Barat.

        Ada juga Partai Kekuatan Yahudi yang pemimpinnya dihukum karena mendukung terorisme Yahudi dan menghasut rasisme, Partai Noam, yakni partai ekstrem kanan penentang hak LGBTQ, serta dua partai ultra-Ortodoks Shas dan Yudausme Torah Bersatu.

        Netanyahu, yang memimpin pemerintahan keenamnya, menjabat sebagai PM Israel sejak 1996 hingga 1999 dan kembali menjabat sejak 2009 hingga 2021, sebelum dikalahkan pada Juni 2021 oleh koalisi sentris yang dibentuk Yair Lapid dan Naftali Bennett.

        Namun Bibi, panggilan akrab Netanyahu, kembali terpilih pada 1 November 2022 dalam pemilihan parlemen kelima di negara itu dalam waktu kurang dari empat tahun. Karena tidak ada kandidat yang mengantongi cukup suara untuk membentuk koalisi mayoritas dalam pemilihan sebelumnya, sehingga menyebabkan krisis politik berkepanjangan

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: