Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perempuan Jadi Sasaran Empuk Pinjaman Online, Kemen-PPPA Imbau Masyarakat Kembali Gunakan Koperasi

        Perempuan Jadi Sasaran Empuk Pinjaman Online, Kemen-PPPA Imbau Masyarakat Kembali Gunakan Koperasi Kredit Foto: Rena Laila Wuri
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPPA) mengungkapkan bahwa perempuan menjadi sasaran empuk pinjaman online. Plt. Asisten Deputi Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi Eko Novi Ariyanti mengatakan, banyak masyarakat terutama perempuan tergiur pinjaman online lantaran prosesnya yang mudah.

        "Pinjaman online ini merupakan pinjaman yang mudah, cepat, dan tanpa banyak syarat sehingga banyak sekali permintaan pinjaman online. Jadi, masyarakat juga akhirnya tertarik dengan pinjaman online ini," kata Novi dalam Media Talk, dengan tema "Cegah Perempuan Jadi Korban Pinjol", di Kementerian PPPA, Jakarta Pusat, Jumat (3/2/2023).

        Baca Juga: Bejat! Guru Agama di Trenggalek Diduga Cabuli 5 Siswa di Perpustakaan, Ini Langkah Kemen-PPPA

        Novi menyebut, banyak dari mereka yang tidak bisa membayar dan akhirnya mendapatkan kekerasan mulai dari pelecehan secara verbal hingga penyebaran data pribadi. "Menariknya, perempuan itu lebih banyak nunggaknya ketimbang laki laki," ucap Novi.

        Data dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta tahun 2021, mereka menerima sekitar 2.522 kasus pinjol dengan korbannya sebagian besar adalah perempuan. Keterdesakan ekonomi menyebabkan kelompok perempuan, baik di kota maupun di pedesaan, terpaksa mengambil jalan pintas.

        Novi mengatakan, perempuan kurang tersosialisasi sehingga pengetahuan mengenai cybersecurity kurang dipahami. Saat ini, lanjut Novi, Kemen-PPPA melalui Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) terus melakukan literasi digital.

        Namun begitu, kata Novi, kolaborasi dan sinergitas antara lembaga teutama di daerah itu penting. Ketika pihaknya tidak bisa menjangkau masyarakat, ada lembaga yang bisa masuk. "Jadi bagaimana kita memberikan literasi digital pada masyarakat khususnya perempuan, tetapi tidak bisa langsung pada perempuan, tapi melalui kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak," kata Novi.

        Novi mengatakan, melalui PKK, masyarakat juga bisa mendapat konten edukasi terkait pinjaman online. "Terdesak mengajukan pinjol untuk tujuan yang sangat-sangat penting, mereka harus tahu teknis dan konsekuensinya apa. Itu yang harus kita beri tahu kepada mereka, kalau kayak gitu kita bisa sosialisasi lewat PKK," jelasnya.

        Akant tetapi, Novi mengimbau kepada masyarakat agar menggunakan koperasi dibandingkan pinjaman online di saat kebutuhan mendesak. "Pinjaman atau akses terhadap sumber daya ekonomi tidak hanya melalui pinjol, tetapi juga bisa melalui anggaran desa, bisa juga melalui koperasi. Apabila mereka yang tinggal di desa membutuhkan dana segar untuk usahanya, bisa mengakses dari bumdes," ungkap Novi.

        Menurutnya, bunga koperasi tak sebesar pinjaman online. Hal ini membuat masyarakat tidak merasa keberatan. "Koperasi tidak pakai bunga, bunganya juga amat kecil dan tidak terlalu memberatkan kepada komunitas, ini yang perlu kita sosialisasikan lebih banyak," tuturnya.

        Baca Juga: Gerakan Ekonomi Nasional, Hal Ini Sentral Saat Membangun Ekosistem Koperasi di Indonesia

        Novi berharap masyarakat dapat kembali ke dalam budaya meminjam kepada koperasi. "Sebetulnya koperasi itu budaya masyarakat Indonesia yang sangat-sangat tua awalnya dari tanggung renteng, ketika sebuah kelompok membentuk koperasi. Artinya, mereka akhirnya yang pinjam koperasi punya tanggung jawab dalam sebuah kelompok," kata Novi.

        Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2022, total dana pinjaman online kepada perempuan sebesar Rp22.111,99 miliar dari total penyaluran pinjaman Rp89.951,83 miliar. Alasan utama perempuan menggunakan pinjol paling banyak ialah untuk kebutuhan keluarga dan keperluan konsumtif.

        Selain itu, untuk membuka usaha serta tergiur iklan dari layanan aplikasi pinjol yang masif di berbagai platform media sosial.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rena Laila Wuri
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: