Hanya 7% Organisasi di ASEAN yang Fokus Bangun Data dan Fondasi AI yang Tepat untuk Bisnis Mereka
Hasil studi yang dilakukan oleh Kyndryl menunjukkan hanya sekitar 7% organisasi di ASEAN yang fokus membangun data dan fondasi artificial intelligence (AI) yang tepat untuk bisnis mereka.
Laporan bertajuk 5 Wawasan (Insights) untuk Membantu Organisasi Membangun AI Terukur menghimpun masukan 500 pemimpin C-Level di seluruh ASEAN, yang bertujuan untuk mengatasi tantangan data dan AI yang dihadapi oleh organisasi di ASEAN, dan memberikan rekomendasi bagi mereka untuk membangun strategi terukur yang memberikan dampak nyata pada bisnis.
Hasil studi menemukan bahwa 48% partisipan riset kerap kali menghadapi tantangan dalam mengintegrasikan solusi AI dengan sistem yang ada, 38% saat mengumpulkan data dari berbagai sumber internal, dan 34% kesulitan dengan kualitas data.
Baca Juga: Kitabisa Selesaikan Putaran Pendanaan Baru Senilai US$20 Juta
Bila dirangkum, hasil studi menunjukkan lima temuan sebagai berikut.
1. Akses Data Jadi Rintangan Utama
Laporan tersebut mengungkapkan tingkat kematangan adopsi data dan AI di seluruh ASEAN bervariasi dan hanya 7% partisipan riset yang fokus untuk membangun fondasi data dan AI yang tepat. Wawasan sebenarnya hanya dapat diperoleh dari kumpulan data yang konsisten dan lengkap yang tidak memiliki celah data.
Membangun kumpulan data tersebut memerlukan kondisi utama seperti fokus pada data yang bersih dan tepercaya, strategi interoperabilitas data, dan pembuatan data sintetik untuk menjembatani kesenjangan data.
2. Organisasi Butuh Kreativitas Data
Organisasi yang mengutamakan data memperoleh nilai lebih dari investasi data dan AI mereka di seluruh organisasi, dan organisasi di ASEAN mengakui hal itu. Selama dua tahun ke depan dari 2023 hingga 2024, 77% peserta akan meningkatkan penggunaan solusi AI dan data untuk pengalaman pelanggan lebih baik, 75% untuk sumber daya manusia, dan 72% untuk pemasaran.
Pengembalian investasi akan diukur secara finansial oleh pihak internal seperti peningkatan margin keuntungan, optimalisasi biaya, pengurangan biaya operasional, dan sebagainya.
3. Tata Kelola Tidak Dibangun dalam Organisasi
Menurut laporan tersebut, kurangnya kebijakan internal dan pemahaman yang terbatas tentang risiko (36%) adalah dua tantangan terbesar dari kebijakan tata kelola data yang efektif di ASEAN.
Kebijakan tata kelola data yang dirumuskan oleh organisasi yang mengutamakan data harus mencakup pedoman akuntabilitas dan kepemilikan, peraturan standar, tim penatagunaan data khusus, dan proses reguler untuk evaluasi ulang kebijakan yang dibuat.
4. Kurangnya Manajemen Siklus Hidup Data dari Hulu ke Hilir
Sangat penting bagi organisasi untuk memiliki kemampuan observasi, kecerdasan, dan otomatisasi yang dibangun ke dalam seluruh siklus hidup data. Membangun infrastruktur data yang siap untuk kebutuhan saat ini tetapi mungkin tidak dapat mendukung kebutuhan bisnis di masa mendatang karena data terus berkembang jauh.
5. Demokratisasi Data dan AI Harus Jadi Tujuan
Hanya 10% organisasi di ASEAN memiliki tim bisnis yang mengelola atau memelihara solusi AI. Membangun AI yang terukur akan mengharuskan organisasi untuk memberdayakan ilmuwan data melalui pelatihan, dan akses ke alat ramah pengguna yang membantu mereka mengumpulkan informasi yang tepat untuk wawasan yang tepat dan menjadikan keputusan berdasarkan data sebagai norma bagi bisnis.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti