Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Carut-marut Dana Bohir Pilkada, Pengakuan Anies Baswedan-Sandiaga Kian Dibaca: Utang Diganti Akomodasi...

        Carut-marut Dana Bohir Pilkada, Pengakuan Anies Baswedan-Sandiaga Kian Dibaca: Utang Diganti Akomodasi... Kredit Foto: ANTARA FOTO
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat politik Dedi Kurnia Syah turut serta menyoroti bagaimana adanya penggunaan dana pinjaman maupun utang dalam manuver Anies Baswedan-Sandiaga Uno di Pilkada DKI Jakarta 2017.

        Dirinya mengatakan hal tersebut merupakan sesuatu tabu namun sering terjadi karena mahalnya ongkos politik.

        Baca Juga: Bidik Kursi Jokowi, Isu Penggunaan Politik Identitas Akhirnya Dijawab Anies Baswedan: Saya Pakai...

        Menurutnya, pinjaman terkait kedua sosok tersebut memang tak dibayarkan, namun bukan berarti hal tersebut sudah diselesaikan.

        Dedi menilai bentuk dukungan berupa uang cuma-cuma itu tentu bisa saja digantikan lewat akomodasi politik oleh para calon yang menang, dalam hal ini Anies-Sandiaga.

        "Ketika kontestasi berakhir dengan kemenangan, maka proses utang akan lebur digantikan dengan akomodasi politik antara pemenang dengan yang memberikan bantuan dana," kata Dedi kepada Suara.com, Selasa (14/2/2023).

        Begitu gambaran cara kerja bohir politik yang meski memberikan dukungan secara cuma-cuma di awal, tetapi untuk selanjutnya bisa menyandera orang  yang mendapat sokongan. Dengan demikian simbiosis yang tadinya saling menguntungkan, bukan tidak mungkin kehadiran bohir akan menjadi benalu di pemerintahan.

        Baca Juga: Title Calon Next Jokowi Tak Buat Anies Baswedan Kebal Jeruji Besi, Elite Megawati: Semua Sama Depan Hukum

        Sebab ada potensi kepala daerah tidak lagi menjadikan warganya sebagai prioritas dalam menentukan kebijakan.

        "(Kehadiran bohir) berdampak pada akomodasi kebijakan, pemerintahan menjadi tidak mendahulukan warganya, melainkan mendahulukan kepentingan pemodal. Tentu, termasuk banyaknya kepala daerah terjerat korupsi," ujar Dedi.

        Baca Juga: Dikuliti Gegara Pinjaman Sandiaga, Anies Baswedan Harusnya Bergembira: Ada Istilah Underdog Effect!

        Ibarat balas budi, tentu pemimpin terpilih tidak akan lupa dengan jasa para bohir. Hal itu yang dilihat Dedi banyak terjadi di kontestasi pemilihan kepala daerah. Ia menyebut keberadaan bohir politik sudah menggurita.

        Menurut dia sejauh ini masih sulit untuk menghindari keterlibatan bohir politik sepanjag sistem elektoralnya masih serupa, ditambah ada batasan kompetisi.

        Baca Juga: Tak Buru-buru Jawab Masalah Pinjaman Sandiaga, Manuver Anies Baswedan Dibaca: Dia Memikirkan...

        "Jika kompetisi eksekutif tidak harus melalui partai dan tidak ada ambang batas untuk Pilpres, maka besar kemungkinan bohir politik berkurang. Kita bisa lihat untuk kontestasi legislatif yang minim bohir, hal itu karena banyaknya kontestan yang merebut," tutur Dedi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: