Mirisnya Korban Selamat di Suriah: Hanya dengan Tangan Kami Cari Orang-orang di Reruntuhan
Seorang warga Suriah mengatakan bahwa dia kehilangan lebih dari dua lusin anggota keluarganya, di antaranya saudara laki-lakinya, sepupunya, dan semua anak mereka. Dia baru berhasil mengeluarkan tubuh mereka dari bawah reruntuhan dua hari setelah gempa.
"Kami memindahkan batu demi batu dan tidak menemukan apa pun di bawahnya. Orang-orang di bawah beton berteriak, 'Keluarkan kami! Keluarkan kami!' Tapi kami datang dengan tangan kosong," kata Walid Ibrahim.
Baca Juga: Update Bantuan Kemanusiaan yang Diberikan Pemerintah Indonesia untuk Gempa Turki-Suriah
"Tanganmu saja tidak cukup," keluhnya, seperti dilansir Reuters.
Sementara itu pada tur pers terorganisir pada Selasa (14/2/2023), Reuters melihat sekitar 20 pria dan anak laki-laki mencoba menyelamatkan apa yang mereka bisa dari rumah yang hancur di Harem dan pinggirannya, tanpa alat pelindung atau seragam.
Hanya beberapa yang mengenakan sarung tangan kerja, tertutup debu abu-abu putih dari batako yang pecah. Bahkan bulu mata, bibir pecah-pecah, dan janggut mereka dilapisi zat kapur.
Seorang pria berdoa di antara puing-puing saat satu ekskavator membersihkan puing-puing. Anak-anak saling berkejaran di sekitar gundukan reruntuhan dan tulangan bengkok.
Gempa bumi menyebabkan lebih dari 35.000 orang tewas di Turki, di mana bantuan internasional dapat dengan mudah mengalir masuk. Tapi rumitnya politik bantuan kemanusiaan di barat laut yang dikuasai oposisi Suriah membuat banyak warga yang lelah perang di sana berjuang sendiri.
Bagian dari Provinsi Idlib dan Aleppo yang berdekatan yang dikuasai oleh pemberontak yang didukung Turki menderita sebagian besar korban gempa di Suriah: lebih dari 4.000 dari seluruh korban tewas Suriah lebih dari 5.800, menurut PBB dan otoritas pemerintah.
Empat kota Suriah di bentangan yang berbatasan dengan Turki termasuk di antara yang paling terpukul: Salqin, Harem, Jinderis, dan Atareb.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto