PDIP vs Demokrat Debat Sistem Pemilu, Rocky Gerung Sebut Opini Hasto yang Sentil SBY Konyol: Seperti Cemburu dan Iri
Pengamat politik Rocky Gerung mengomentari perdebatan soal sistem pemilu yang melibatkan argumen Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dalam perbincangannya dengan Jurnalis Hersubeno Arief, Rocky menekankan bahwa argumen Hasto soal sistem proporsional tertutup dalam pemilu justru menentang keinginan rakyat.
Baca Juga: Hasto PDIP Kritik SBY Dibalas 'Omong Kosong Belaka', Disuruh Ngurus Harun Masiku Saja
"Argumen Hasto ini konyol, seperti cemburu membawa iri," ujar Rocky seperti dikutip dari kanal Youtube Rocky Gerung Official, Senin (20/2/2023).
Sebelumnya diketahui, Hasto sempat menyindir SBY yang menyatakan ketidaksetujuannya teradap perubahan sistem pemilu terbuka menjadi tertutup. Anak buah Megawati Soekarnoputri itu justru mengungkit perubahan sistem pemilu di era SBY saat jadi presiden.
Saat SBY berargumen bahwa dirinya mendukung sistem terbuka biar tidak seperti membeli kucing dalam karung bukan berarti PDIP bisa berargumen sebaliknya karena kejadian masa lalu di era SBY.
Apabila dilihat konteks hari ini, orang-orang juga menginginkan sistem proporsional terbuka. Menurut survei, 70-80 persen rakyat menginginkan sistem tersebut terus-menerus diterapkan dalam pemilu.
"Kalau Hasto berpendapat sebaliknya, berarti opini dia atau opini PDIP justru melawan opini publik. Pemilih PDIP tentu menginginkan sistem terbuka supaya langsung tau orang-orang yang lebih dekat dengan wong cilik," ungkap Rocky Gerung.
Sebelumnya, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY melontarkan pernyataan ketidaksetujuan apabila pemilu 2024 kembali pada sistem proporsional tertutup. Pernyataan ini membuat PDIP sebagai partai dominan menyerang argumentasi SBY.
Diketahui, SBY menulis dalam akun Facebook pribadinya bahwa usulan mengembalikan sistem pemilu ke proporsional tertutup tidaklah tepat. Pasalnya, sistem proporsional tertutup akan membuat pemilih hanya bisa mencoblos partai tanpa mengetahui siapa figur calon yang akan mewakili mereka di pemerintahan. Sebaliknya, sistem proporsional terbuka seperti dalam pemilu 2019 lalu memungkinkan pemilih mencoblos nama calon dan bukan sekadar partainya.
"Tepatkah di tengah perjalanan yang telah direncanakan dan dipersiapkan dengan baik itu, utamanya oleh partai-partai politik peserta pemilu, tiba-tiba sebuah aturan yang sangat fundamental dilakukan perubahan?" tulis SBY dikutip dari laman Facebook resminya.
Baca Juga: Hasto PDIP Kritik SBY Dibalas 'Omong Kosong Belaka', Disuruh Ngurus Harun Masiku Saja
Pernyataan ini langsung dibalas oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Hasto menyindir SBY dengan mengatakan seolah-olah Presiden ke-6 Indonesia ini lupa jika pada masa kepemimpinannyalah sistem pemilu diubah dari sistem proporsional tertutup menjadi proporsional terbuka.
"Pak SBY lupa bahwa pada bulan Desember tahun 2008, dalam masa pemerintahan beliau, justru beberapa kader Demokrat yang melakukan perubahan sistem proporsional tertutup menjadi terbuka melalui mekanisme judicial review," kata Hasto di Kabupaten Lebak, Banten, Minggu (19/2/2023). Saat itu, hanya PDIP yang tetap mendukung sistem proporsional tertutup hanya dengan mencoblos partai.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: