- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
Tuduhan Salah Alamat dari Negara Maju Soal Sawit Penyebab Utama Perubahan Cuaca
Kelapa sawit mendapatkan tuduhan dari negara-negara maju, seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat, sebagai penyebab utama perubahan cuaca dan pemanasan global lewat aktivitas perkebunannya. Lantas, benarkah demikian?
Studi Ritche dan Roser (2017) dalam laporan PASPI mengungkapkan emisi gas rumah kaca (GRK) global pada periode 1700-1900 hampir seluruhnya disumbang oleh Inggris dan negara-negara Eropa.
Baca Juga: Limbah Kelapa Sawit dari Benua Etam Mengudara ke Tiongkok
Sementara itu, kontribusi Amerika Serikat dalam emisi GRK global mulai meningkat dari abad-19 dan awal abad-20 sebagai implikasi dari era revolusi industri dan revolusi pertanian yang terjadi di kawasan negara tersebut.
Sementara itu, studi Oliver et.al., (2020) dalam laporan PASPI menunjukkan top-4 negara emitter GRK dunia tahun 2018, yakni China (13,6 Gt CO2 eq); Amerika Serikat (6,7 Gt CO2 eq); Uni Eropa (4,4 Gt CO2 eq); dan India (3,7 Gt CO2 eq). Keempat negara tersebut menyumbang sekitar 55 persen GRK global.
Berdasarkan data IEA (2016) dan Oliver et.al. (2020) yang dirangkum laporan PASPI mengungkapkan, sekitar 68% emisi GRK global berasal dari produksi dan konsumsi energi fosil. Sektor pertanian global sebesar 11%; industri sebesar 7%; dan sektor lainnya sebesar 14%.
Sementara itu, dalam sumber yang sama, kontribusi emisi dari Land Use and Land Use Change Forestry (LULUCF) yang saat ini marak diperbincangkan diperkirakan hanya sekitar 7% dari total emisi global.
Jika melihat pada level ekosistem global, studi Beyer et.al. (2020) dan Beyer & Rademacher (2021) yang dirangkum laporan PASPI, menemukan kebun sawit dunia adalah penghasil minyak nabati paling rendah emisinya.
Baca Juga: Kaya Akan Vitamin A dan E, Komoditas Kelapa Sawit Ternyata Jadi Sasaran Industri Farmasi
Dibandingkan dengan emisi karbon kebun sawit untuk setiap liter minyak sawit, emisi minyak kedelai 425% lebih tinggi; minyak rapeseed 242% lebih tinggi; emisi minyak biji bunga matahari 225% lebih tinggi; emisi minyak kacang tanah 424% lebih tinggi; emisi minyak kelapa 337% lebih tinggi; dan emisi minyak zaitun 342% lebih tinggi.
"Ranking mulai terendah sampai tertinggi adalah minyak sawit, minyak biji bunga matahari, minyak rapeseed, minyak zaitun, minyak kelapa, minyak kedelai, dan minyak kacang tanah," catat laporan PASPI Monitor.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: