Angka Pengangguran dan Utang Makin Tinggi, Presiden Jokowi Klaim Pembangunan Sudah Indonesia Sentris
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa di masa kepemimpinannya selama delapan tahun, telah berhasil membuat banyak perubahan untuk Indonesia.
Salah satunya adalah pembangunan Indonesia yang sudah tidak Jawa sentris tapi Indonesia sentris.
Hal ini disampaikan pada saat membuka kegiatan Workshop dan Rakernas Partai Amanat Nasional (PAN) di Semarang, Minggu (26/2/2023).
"Kita sudah bekerja 8 tahun, semuanya sudah banyak perubahan-perubahan yang kita lakukan. Sehingga ke depan, harus kita lanjutkan perubahan-perubahan yang telah kita lanjutkan," jelas Jokowi.
"Dulu pembangunan selalu Jawa sentris, infrastruktur dibangun hampir 70% di Jawa, kemudian digeser jadi Indonesia sentris," lanjut Jokowi.
Baginya pembangunan infrastruktur ini berdampak pada meningkatnya investasi di luar Pulau Jawa.
"Investasi bergeser, dulu 70-30, dulu selalu 70% di Jawa. Sekarang sudah bergeser 53% di luar Jawa," jelas Jokowi.
Selanjutnya, Jokowi menuturkan bahwa dirinya telah berhasil mendorong peningkatan ekonomi melalui program dana desa.
Dirinya mengklaim telah menggelontorkan Rp 470 triliun dana desa untuk mendorong perekonomian di pedesaan. Hal ini dinilai sebagai komitmen besar negara.
"Ini komitmen menggeser kota sentris menuju desa sentris. Sehingga jalan-jalan produksi desa itu semua terbangun, meskipun belum selesai," ujarnya.
Meski demikian, klaim Jokowi ini mendapat penolakan dari masyarakat. Publik malah menilai sebaliknya karena angka pengangguran semakin tinggi, juga nilai hutang tinggi.
Baca Juga: Ketum PAN Puji Jokowi Setinggi Langit: Bagi Kami Presiden Adalah Segalanya!
“Kira kira apa yg bisa dibanggakan, angka pengangguran sangat tinggi, nilai hutang sangat tinggi, semua tambang sudah digadaikan, lahan hutan begitu luas dikuasai perorangan bukan lagi bumn, anggaran proyek tidak kenal efisiensi, tapi ya itulah negeriku,” cuit akun twitter @am***llahgani.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty