Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Elon Musk Bunuh 1.500 Hewan Demi Tanam Chip ke Otak Manusia, Hasilnya Nihil!

        Elon Musk Bunuh 1.500 Hewan Demi Tanam Chip ke Otak Manusia, Hasilnya Nihil! Kredit Foto: Rena Laila Wuri
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Permintaan Elon Musk untuk menanamkan chip otak dalam uji coba manusia dilaporkan telah ditolak oleh pemerintahan Joe Biden tahun lalu. Neuralink, perusahaan Musk yang telah melakukan eksperimen pada monyet selama bertahun-tahun, mengklaim bahwa menanamkan chip di otak manusia akan menghasilkan kemajuan dalam penyembuhan kondisi seperti kebutaan dan kelumpuhan.

        Tetapi Food and Drug Administration atau BPOM AS) melihat adanya masalah keamanan dengan menolak aplikasi Neuralink untuk mulai menanamkan chip ke dalam otak manusia, menurut Reuters.

        Melansir New York Post di Jakarta, Senin (6/3/23) dalam menjelaskan keputusan tersebut kepada Neuralink, agensi menguraikan lusinan masalah yang harus ditangani perusahaan sebelum pengujian manusia sebagai tonggak penting dalam perjalanan menuju persetujuan produk akhir, kata staf.

        Baca Juga: Kacau! Kehadiran Elon Musk Bikin Pendapatan Twitter Anjlok Hingga 40%

        Masalah keamanan utama badan tersebut melibatkan baterai lithium perangkat, potensi kabel kecil implan untuk bermigrasi ke area lain di otak, dan pertanyaan soal apakah dan bagaimana perangkat dapat dilepas tanpa merusak jaringan otak, kata karyawan Neuralink saat ini dan mantan karyawan Neuralink kepada Reuters.

        Neuralink dilaporkan sibuk bekerja untuk mengatasi masalah FDA, meskipun staf saat ini mengatakan kepada Reuters bahwa mereka skeptis perusahaan dapat menyelesaikan masalah tersebut dalam waktu singkat.

        Pada bulan November, Musk memberi tahu karyawannya bahwa dia mengantisipasi Neuralink akan dapat memperoleh persetujuan FDA untuk uji coba manusia pada musim semi.

        Musk membual bahwa perangkat itu sangat aman sehingga dia tidak akan ragu untuk menanamkannya pada anak-anaknya sendiri.

        “Kami sekarang yakin bahwa perangkat Neuralink siap untuk manusia, jadi pengaturan waktu adalah fungsi dari bekerja melalui proses persetujuan FDA,” cuit Musk pada bulan November.

        Neuralink belum mengungkapkan detail aplikasi uji cobanya, penolakan FDA, atau sejauh mana kekhawatiran agensi tersebut. Ini karena sebagai perusahaan swasta, Neuralink tidak diharuskan untuk mengungkapkan interaksi peraturan tersebut kepada investor.

        Selama presentasi November selama berjam-jam, Musk mengatakan perusahaan telah menyerahkan sebagian besar dokumen ke agensi, tanpa menentukan aplikasi formal apa pun, dan pejabat Neuralink mengakui bahwa FDA telah mengajukan pertanyaan keamanan dalam apa yang mereka anggap sebagai percakapan yang sedang berlangsung.

        Sebelumnya pada bulan Desember, Neuralink dilaporkan sedang diselidiki oleh FBI atas dugaan pelanggaran undang-undang kesejahteraan hewan setelah staf mengeluh secara internal bahwa implan otak menyebabkan penderitaan dan kematian yang tidak perlu.

        Penyelidikan federal dibuka pada paruh kedua tahun lalu oleh Inspektur Jenderal Departemen Pertanian AS atas permintaan jaksa federal.

        Investigasi dilakukan pada saat meningkatnya perbedaan pendapat karyawan tentang pengujian hewan Neuralink, termasuk keluhan bahwa tekanan dari CEO Musk untuk mempercepat pengembangan telah menghasilkan eksperimen yang gagal, menurut tinjauan Reuters terhadap lusinan dokumen Neuralink dan wawancara dengan lebih dari 20 orang terkait.

        Secara keseluruhan, perusahaan telah membunuh sekitar 1.500 hewan, termasuk lebih dari 280 domba, babi, dan monyet, mengikuti eksperimen sejak 2018, menurut catatan yang ditinjau oleh Reuters dan sumber yang memiliki pengetahuan langsung tentang operasi pengujian hewan perusahaan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: