AVOW Siap Bantu Aplikasi Lokal Indonesia Penetrasi ke Pasar Global
Landskap kompetisi aplikasi di pasar global cukup sengit. Bisnis aplikasi seluler telah berkembang sangat pesat selama beberapa tahun terakhir, dan sepertinya tidak melambat. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh meningkatnya adopsi smartphone dan tablet, serta maraknya layanan berbasis aplikasi dan transformasi digital. Covid-19 dan lockdown telah mempercepat tren ini.
Pada tahun 2022, total 255 miliar aplikasi seluler diunduh. Pendapatan aplikasi seluler diperkirakan akan melebihi USD$935 miliar pada tahun 2023, dengan Google Play Store dan Apple App Store saat ini masing-masing memiliki 2,87 dan 1,96 juta aplikasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa hampir 50 persen orang membuka satu aplikasi lebih dari 11 kali setiap hari, dengan rata-rata pemilik ponsel cerdas menggunakan 10 aplikasi per hari dan 30 aplikasi setiap bulan.
Baca Juga: Serius Awasi IKNB, OJK Luncurkan Aplikasi PRIME
Menurut Julie Huang, Director of Business Development, Asia Tenggara untuk AVOW, aplikasi seluler ada di mana-mana dalam kehidupan sehari-hari. Ini menunjukkan bahwa pemasar benar-benar harus berusaha agar aplikasi mereka menonjol dibandingkan kompetitor.
“Anda harus menjadi kreatif dan menghasilkan bauran pemasaran yang inovatif untuk tetap berada di depan kurva dan menarik pelanggan baru. Namun, ini terbukti lebih sulit melalui cara pemasaran tradisional, itulah sebabnya pengembang aplikasi mencari sumber alternatif untuk dimanfaatkan,” tuturnya saat dihubungi di Jakarta.
Saat ini, katanya, OEM seluler seperti Xiaomi, OPPO, Vivo, dan HUAWEI adalah satu-satunya alternatif yang layak dalam pemasaran seluler untuk memasuki basis pengguna baru di luar arus utama.
“Mengapa demikian? OEM mencakup 54 persen pasar perangkat seluler di dunia dan hemat biaya serta efisien dalam menjalankan kampanye akuisisi pengguna.”
OEM Seluler bisa membantu aplikasi buatan Indonesia untuk merambah pasar global.
“Pertama, melalui kemitraan kami yang kuat dan berjangka panjang dengan semua OEM seluler utama seperti Huawei, Xiaomi, Vivo, OPPO, Realme, OnePlus, dan Transsion, kami dapat menawarkan akses ke inventaris seluler yang belum dimanfaatkan. Kami menawarkan lebih dari 1,5 Miliar pengguna aktif harian dan 6 Juta pemasangan aplikasi bulanan melalui OEM seluler - dan dengan ini kami memberdayakan pengembang, brand, dan pemasar aplikasi untuk mencapai sasaran akuisisi pengguna mereka dalam skala global,” ungkapnya.
Julie menambahkan, cara kedua adalah dengan apa yang disebut sebagai Dynamic Preloads.Ini membantu aplikasi buatan Indonesia meningkatkan kesadaran brand mereka di pasar global. Mereka menawarkan peluang unik bagi pengiklan seluler untuk memasang aplikasi mereka di smartphone baru selama penyiapan awal.
"Ini berbeda dari pramuat pabrik karena pengguna memiliki opsi untuk memilih apakah akan mengunduh aplikasi atau tidak, dan pengiklan hanya dikenai biaya saat pengguna berinteraksi dengan aplikasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa sebagian besar penginstalan aplikasi terjadi saat perangkat baru disiapkan," jelasnya.
Julie pun memberikan contoh KUMU, aplikasi dari Filipina yang yang mengintegrasikan live streaming, obrolan video, game, pembayaran online, serta platform e-niaga langsung, menemukan keberhasilan dalam penetrasi pasar dengan OEM seluler.
“Untuk mengatasi permintaan yang meningkat dalam produk dan layanan online setelah Covid-19 memaksa pemerintah di Filipina dan negara-negara Asia Tenggara lainnya untuk melakukan lockdown, Kumu ingin mencari inventaris iklan alternatif selain dari saluran tradisional mereka untuk meningkatkan pemirsa pengguna mereka. Melalui kemitraan OEM seluler eksklusif AVOW, Kumu berhasil menjangkau banyak audiens yang belum dimanfaatkan di Filipina, mengumpulkan lebih dari 500 juta tayangan pada tahun 2022, dengan peningkatan interaksi aplikasi sebesar 60 persen, dan peningkatan biaya per unduhan sebesar 57 persen," ungkapnya.
Penetrasi pasar OEM seluler yang besar memberi pengembang basis pengguna yang besar, yang seiring dengan data pengguna dan kemampuan penargeta, membantu pengembang aplikasi menargetkan aplikasi mereka secara lebih efektif.
“Jelas ini mengarah pada tingkat akuisisi pengguna yang lebih tinggi dan kampanye pemasaran aplikasi yang lebih efektif,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: