Presiden Rusia Vladimir Putin akan berkunjung ke Turki untuk peresmian pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di negara tersebut, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan kepada stasiun TV lokal A Haber pada Rabu (29/3/2023). Fasilitas Akkuyu dibangun dalam kerjasama dengan badan pengembangan nuklir negara Rusia, Rosatom.
Pemimpin Rusia akan menghadiri upacara pembukaan secara langsung atau melalui sambungan video pada tanggal 27 April, kata Erdogan, dan menggambarkan PLTN ini sebagai salah satu "investasi yang sangat diperlukan" bagi Turki yang akan membantu negara ini "secara serius menyimpan energi."
Baca Juga: NATO Bilang Turki Enggak Akan PHP Lagi, Erdogan: Insya Allah, Jika Itu...
Reaktor pertama Akkuyu akan mulai beroperasi akhir tahun ini, sementara seluruh pembangkit akan mulai beroperasi pada tahun 2025. Ketika selesai, pembangkit ini akan memiliki empat reaktor yang mampu menghasilkan 4.800 megawatt.
Kepala negara Turki dan Rusia berbicara melalui telepon baru-baru ini mengenai kolaborasi antara kedua negara mereka dalam proyek-proyek rekayasa tenaga listrik strategis, termasuk pembangkit listrik Akkuyu dan pasokan gas alam.
Erdogan berterima kasih kepada mitranya dari Rusia atas bantuannya setelah gempa bumi mematikan di Turki bulan lalu, termasuk sumbangan bahan bangunan dan pengerahan personil penyelamat Rusia serta rumah sakit lapangan di provinsi Hatay. Gempa yang berpusat di dekat kota Gaziantep ini menewaskan sekitar 50.000 orang dan melukai lebih banyak lagi.
Pemimpin Turki ini juga memuji "sikap positif Rusia terkait perpanjangan Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam," menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Direktorat Komunikasi Kepresidenan pada hari Sabtu.
Kedua negara menandatangani kesepakatan dengan Ukraina dan PBB pada bulan Juli lalu, membuka kembali ekspor biji-bijian dari tiga pelabuhan Ukraina yang telah diblokir dengan dimulainya operasi militer Rusia pada bulan Februari lalu, dan kesepakatan tersebut diperpanjang minggu lalu.
Sebagai negara anggota NATO yang memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan Rusia, Turki terjebak dalam posisi yang sulit terkait konflik yang dipandang oleh banyak orang sebagai perang proxy antara Rusia dan aliansi militer, yang telah memompa puluhan miliar dolar senjata ke militer Ukraina selama setahun terakhir.
Namun, Ankara dan Moskow sepakat pada bulan Agustus untuk memperdagangkan gas dalam rubel dan berharap untuk meningkatkan volume perdagangan bilateral menjadi $100 miliar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: