Pengembangan tanaman sorgum bisa menjadi lompatan untuk menurunkan tingkat masalah gizi kronis (stunting) di Nusa Tenggara Timur (NTT). Produksi sorgum harus terus ditingkatkan sebagai bahan pangan alternatif pengganti gandum hingga beras.
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko mengatakan sorgum bisa membantu menekan tingkat stunting di NTT karena sumber alternatif pangan itu mengandung nutrisi seperti protein, serat, vitamin, dan mineral yang dapat membantu kebutuhan gizi pada anak.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun telah menginstruksikan agar dilakukannya program diversifikasi pangan, yang salah satunya dengan pengembangan lahan dan hilirisasi sorgum di NTT.
“Jadi, pangan tidak hanya berfokus pada jagung, kedelai, dan beras. Jangan, tetapi ada diversifikasi lain yang bisa kita eksploitasi. Sorgum, yang kedua Sagu. Ini juga bisa sangat masif kita gunakan,” kata Moeldoko.
Penanaman sorgum di lahan tandus dan marginal, kata Moeldoko, juga dapat memberikan peluang ekonomi baru bagi petani dan masyarakat setempat. “Semua dari sorgum ini bermanfaat dan punya nilai ekonomi tinggi. Untuk itu, pemerintah siapkan off-takernya (penjamin pembeli) agar petani lebih semangat menanam sorgum dan bisa hidup sejahtera,” kata dia
Pemerintah, kata Moeldoko, telah menyusun peta jalan pengembangan sorgum di NTT dengan mempersiapkan lahan seluas 15.000 hektare pada tahap pertama, kemudian 50.000 hektare pada tahap kedua, dan 200.000 hektare pada tahap ketiga.
“Selain lahan, pemerintah juga sekarang sedang menyiapkan pembibitan atau benih sorgum nasional di Waingapu. Jadi empat puluh lima persen dari hasil panen sorgum digunakan untuk benih dan ditanam kembali,” kata dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: