Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Rugikan Anies, Said Didu Sindir Survei SMRC Soal Kasus Formula E: Kenapa Bukan Kasus e-KTP?

        Rugikan Anies, Said Didu Sindir Survei SMRC Soal Kasus Formula E: Kenapa Bukan Kasus e-KTP? Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Eks Sekretaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Muhammad Said Didu, menyoroti survei teranyar Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) soal kasus Formula E.

        Said Didu meragukan objektivitas survei tersebut. Ia mempertanyakan kenapa kasus itu yang dijadikan objek.

        Baca Juga: Isu Korupsi Formula E di Jakarta oleh Anies Baswedan Diyakini Bakal Untungkan Kubu Ganjar Pranowo

        "Kenapa bukan kasus e-KTP yang dijadikan objek survei?" ungkapnya, dikutip Jumat (28/4/2023).

        Didu pun mempersilahkan publik menilai. Apa survei itu objektif atau tidak. "Silakan publik menilai betapa jahat atau tidak objektifnya tukang survey," ujarnya.

        Diketahui, survei yang dimaksud Didu adalah survei yang dilakukan SMRC pada Maret 2023 kemarin. Hasil itu dipaparkan di YouTube SMRC TV oleh pendiri SMRC, Saiful Mujani.

        Disebutkan, orang yang mengetahui isu korupsi di Formula E ini hanya 21 persen. Saiful menekankan bahwa walaupun 21 persen dari 200-an juta pemilih artinya sekitar 40-an juta, tapi 21 persen ini masih jauh dari jumlah keseluruhan pemilih.

        "Mayoritas (57 persen) dari yang tahu isu tersebut menyatakan yakin korupsi dalam kasus tersebut telah terjadi. Hanya 31 persen yang menyatakan tidak yakin dan 11 persen tidak menjawab," paparnya.

        Saiful menyebut data ini menarik. Walaupun dasarnya (yang tahu isu tersebut) hanya 21 persen, mayoritas dari yang tahu merasa yakin bahwa korupsi itu benar-benar terjadi. Karena itu, Saiful menyimpulkan bahwa kalau yang tahu kasus ini makin banyak, kecenderungan sentimen negatifnya, yaitu bahwa di situ memang terjadi korupsi, akan makin besar.

        "Masyarakat nampaknya kurang mengikuti isu ini, tapi begitu mereka mengetahui, cenderung negatif, bahwa memang di sana terjadi korupsi," jelas Saiful.

        Ada 60 persen publik yang menilai KPK bekerja dengan baik dalam menyelidiki dugaan korupsi kasus Formula E tersebut, yang menyatakan kurang atau tidak baik sama sekali 33 persen. Ada 7 persen yang tidak menjawab.

        Bagaimana efeknya pada Pilpres? Dari yang menyatakan yakin ada kasus korupsi dalam kasus Formula E tersebut, 60 persen di antaranya memilih Ganjar, 27 persen memilih Prabowo, dan 13 persen memilih Anies.

        Sebaliknya, yang tidak yakin ada korupsi dalam kasus Formula E (35,2 persen), hanya 24 persen yang memilih Ganjar, 31 persen memilih Prabowo, dan 45 persen memilih Anies.

        "(Dalam kasus) Formula E ini, yang bertarung adalah para pendukung Ganjar dan pendukung Anies. Para pendukung Anies meyakini tidak ada korupsi, sebaliknya pendukung Ganjar yakin di sana korupsi," kata Saiful.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: