Orangnya Ganjar Keras Ngelarang Anies Jadi Presiden: Meminta Jangan Berlebihan, Jadi Menteri dan Gubernur Itu Cukup
Politikus PDIP sekaligus Ketua Umum Relawan Ganjar Pranowo, Laode Umar Bonte membuat geger dunia maya. Hal itu setelah video pribadi yang diunggah di akun Tiktok viral di berbagai kanal media sosial (medsos). Video yang diunggah di akun Tiktok @UmarBonte_official, menyebar cepat di berbagai kanal medsos dan grup Whatsapp.
Isi video Laode Umar berisi kritikan cenderung rasialis kepada calon presiden (capres) Koalisi Perubahan, Anies Rasyid Baswedan. Secara terang-terangan, ia tidak ingin Anies menjadi presiden periode 2024-2029.
"Kalau sampai meminta ingin jadi ini terlalu berlebihan," kata Laode Umar dikutip Republika.co.id di Jakarta, Sabtu (13/5/2023). Berikut cuplikan video tersebut:
Sebagai Ketua Umum DPP KNPI secara tegas dan lugas saya tidak ingin Anies Baswedan menjadi presiden Republik Indonesia yang harus memimpin putra putra terbaik bangsa ini. Bangsa ini sudah memberikan ruang yang begitu besar kepada Anies Baswedan, sudah diberi kesempatan untuk menjadi menteri, pernah diberi kesempatan untuk menjadi gubernur, itu cukup dalam pentas politik Tanah Air. Tapi, kalau sampai meminta ingin jadi ini terlalu berlebihan.
Biarkanlah putra-putra bangsa Indonesia sendiri yang menjadi presiden republik Indonesia. Saya setuju Anda lahir dan besar di sini, tapi Belanda menjajah republik Indonesia selama 350 tahun, mereka memiliki anak cucu dan lahir di sini.
Mereka tetap saja penjajah dan tetap saja bukan bangsa Indonesia, Belanda juga datang di Indonesia mengaku jadi pahlawan, ingin menyelamatkan ekonomi bangsa Indonesia, tetapi mereka tetap saja bukan putra-putra asli bangsa Indonesia.
Karena itu saya meminta kepada seluruh pemuda Indonesia seluruh bangsa Indonesia, seluruh rakyat Indonesia berilah kesempatan terbaik untuk memimpin bangsa ini dari putra bangsamu sendiri, Prabowo oke, Ganjar Pranowo oke. Jangan karena terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta lalu kemudian menjadi kepedean mau jadi presiden juga.
Jangan, Anda menjadi gubernur DKI Jakarta bukan karena komunitas yang kuat di situ, bukan karena kontestasi politik kemarin, mendorong dorong agama, memaksa-maksa agama, kemudian melahirkan Anies Baswedan menjadi gubernur, tetapi untuk menjadi presiden, jangan jugalah.
Bangsa Indonesia ini terdiri dari beberapa bangsa-bangsa yang memang memiliki leluhur yang asli, Papua memiliki leluhur, Kalimantan memiliki leluhur, Jawa memiliki leluhur, Sumatra memiliki leluhur, leluhur-leluhur inilah menjadi putra bangsa asli yang harusnya diberikan kemenangan untuk memimpinnya.
Saya berilustrasi Anda boleh saja lahir dan besar di rumah saya, tetapi untuk menjadi tuan rumah di rumah saya tidak mungkin saya akan berikan kesempatan itu, tidak logis namanya. Anda boleh saja memiliki orang tua atau mengaku memiliki orang tua menjadi pahlawan negara ini, tetapi untuk menjadi presiden sadar diri, jangan, ini yang saya ingin menggugah.
Sontak saja, pernyataan Laode Umar mendapat kecaman dari Ketua Umum Priboemi Heikal Safar. Dia mengkritik ucapan Laode Umar yang berkomentar rasialis terhadap Anies.
"Pernyataan Laode Umar Bonte diduga gagal paham soal pribumi," kata Heikal kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (13/5/2023). Heikal menyayangkan pernyataan Laode Umar Bonte yang memiliki latar belakang pengusaha, ternyata pola pikirnya sangat tidak adil ketika berbicara soal toleransi kebangsaan.
Heikal menilai, Laode Umar gagal paham dalam konteks melihat kebelakang sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada era melawan Kolonialisme Belanda, yang saat itu kita dari berbagai macam suku dan ras bangsa Indonesia yang sama-sama ingin merdeka selalu ditindas oleh kaum penjajah. Menurut Heikal, secara keturunan atau trah, nasionalisme Anies tidak perlu diragukan.
Politikus Partai Nasdem tersebut menilai, Anies merupakan putra terbaik bangsa Indonesia yang lahir di Kuningan, Jawa Barat dan merupakan cucu pejuang kemerdekaan Republik Indonesia, Abdurraham Baswedan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto