Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bukan karena NATO, Profesor Politik Sebut Ada Tiga Alasan Rusia Invasi Ukraina

        Bukan karena NATO, Profesor Politik Sebut Ada Tiga Alasan Rusia Invasi Ukraina Kredit Foto: Reuters/Kevin Lamarque
        Warta Ekonomi, Depok -

        Perang antara Rusia dan Ukraina sudah berlangsung lebih dari setahun. Sebenarnya, akar permasalahan konflik ini sudah terjadi lama, saat Rusia dan Ukraina masih menjadi bagian dari Uni Soviet.

        Banyak ahli yang berpendapat bahwa alasan Rusia menginvasi adalah karena Rusia takut Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan mengekspansi Eropa Timur sehingga akan mengganggu pengaruhnya di kawasan. Sebelumnya, Ukraina sempat mengajukan proposal untuk bergabung dengan NATO.

        Namun, anggota Hoover Institute dan Profesor ilmu politik di Stanford Larry Diamond menyebut bahwa ada alasan yang lebih fundamental yang membuat Rusia berperang dengan Ukraina. Alasan pertama, ia menyebut bahwa demokrasi liberal yang saat ini sedang berkembang pesat di Ukraina akan mengganggu pengaruh Rusia di Eropa Timur.

        Baca Juga: Batalkan Peluncuran Bursa Kripto Nasional, Rusia Ingin Bikin Aturan bagi Platform Kripto

        “Ukraina bukan negara biasa. Ukraina adalah negara demokrasi yang sedang berkembang; bukan negara yang sempurna, tetapi negara yang telah menjadi lebih baik dalam beberapa tahun terakhir. Akuntabilitas publik yang lebih baik, perbaikan-perbaikan dalam rule of law (supremasi hukum), upaya-upaya untuk mengendalikan korupsi, masyarakat sipil yang bersemangat; itulah alasan utama mengapa Ukraina diserang,” kata Larry, dikutip dari kanal Youtube Gita Wirjawan pada Selasa (30/5/2023).

        Dengan demikian, Presiden Rusia Vladimir Putin khawatir apabila Ukraina memilih untuk bersekutu dengan negara-negara Uni Eropa daripada dengan Rusia.

        “Pertama, Putin melihat Ukraina menjadi negara demokrasi yang lebih hidup dan otentik, itu berarti bahaya bagi Vladimir Putin. Ukraina akan semakin melihat lingkungan regionalnya yang lebih luas untuk bergaul dengan negara-negara demokrasi liberal lainnya di dunia, yang tentu saja adalah negara-negara Uni Eropa, bukan Rusia atau negara-negara bekas Uni Soviet,” ungkapnya.

        Alasan kedua, Rusia tidak ingin Ukraina menjadi negara demokrasi liberal karena akan mempersulit Rusia untuk memengaruhi politik dalam negeri di Ukraina.

        “Kedua, jika Ukraina menjadi negara demokrasi yang lebih tulus, kompetitif, transparan, dan bertanggung jawab, semakin sempit jalan Putin untuk menggunakan pengaruh terselubung, uang, intimidasi, dan penetrasi dalam mempengaruhi negara tersebut ke dalam lingkup pengaruhnya atau membujuk mereka demi kepentingannya,” jelas Larry.

        Ia menyebut bahwa alasan kedekatan budaya dan sejarah membuat Rusia menginvasi Ukraina. Selain itu, demokrasi liberal yang berkembang di Ukraina dikhawatirkan akan memicu tuntutan demokrasi yang sama di Rusia.

        “Ketiga, jika Anda adalah Vladimir Putin, Anda mengatakan, ‘Ukraina bukanlah negara yang merdeka. Kami menganggapnya sebagai bagian dari Rusia secara budaya, sejarah, bahasa yang tidak sama, tapi kemungkinan besar mayoritas orang Ukraina berbicara menggunakan bahasa Rusia. Dan kemudian negara ini menjadi negara demokrasi liberal’. Jika Anda Vladimir Putin, Anda akan khawatir virus itu akan menyebar melintasi perbatasan,” bebernya.

        “Ini adalah tiga motif penting untuk invasi, jauh lebih penting daripada fiksi bahwa Putin khawatir Ukraina akan menjadi bagian dari NATO, yang sama sekali tidak ada dalam pikirannya,” imbuhnya.

        Lebih lanjut, ia menilai bahwa jika melihat kondisi sekarang, belum ada tanda-tanda invasi Rusia ke Ukraina akan segera berakhir.

        “Setelah satu tahun, saya rasa kata berlarut-larut adalah kata yang sulit dihindari. Saya rasa sekarang sudah berlarut-larut. Perang ini sudah berlangsung lebih dari setahun, dan tidak mungkin segera berakhir,” tukasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Novri Ramadhan Rambe
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: