Kenaikan harga ayam ras atau ayam potong yang terjadi sejak awal bulan Juni 2023 hingga tembus Rp40.000 per kilogram. Hal ini mendapat sorotan dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kanwil I Medan.
Berdasarkan monitor sementara dari KPPU Kanwil I, penyebab kenaikan ini lantaran harga pangan yang mahal sehingga biaya produksi ikut bertambah.
Baca Juga: Jelang Idul Adha, Harga Daging Ayam Terus Melonjak
"Kalau ayam ini memang dari produksinya pakan yang berpengaruh. Meskipun sudah cukup lama harga pakan ini naik (mahal) tapi lonjakannya sekarang," jelas Kepala KPPU Kanwil I Medan, Ridho Pamungkas, saat dihubungi Mistar, Senin (13/6/2023).
Untuk itu, saat ini, KPPU Kanwil I masih terus mendalami mengenai kenaikan harga ayam ras yang terjadi hingga di atas harga acuan. Memang harga acuan ini sifatnya lebih mengotrol, namun disebutkan Rhido, bila harga sudah ketinggian artinya ada masalah.
"Harga ayam ini memang ada siklusnya seperti beberapa waktu lalu harganya turun kan. Biasanya harga turun peternak ini akan memgurangi produksinya. Nah, mulai permintaan stabil atau naik maka terjadi supply and demand hukum pasar. Akhirnya jadi naik, dengan harga tinggi ini akan banyak yang memelihara dan harga akan turun lagi," terangnya.
Dalam kondisi ini, KPPU Kanwil I menunggu seberapa lama harga yang naik ini bertahan. Selain itu, Ridho juga mencontohkan, untuk harga telur ayam yang kini juga masih tinggi dan sulit turun, diduga karena harga faktor biaya produksi yang naik pula.
"Jadi kalau jual di harga dibawah produksi sulit ya. Informasi yang kita dapatkan untuk harga telur ayam di kisaran Rp1.550 per butir sampai Rp1.900 per butir. Penyebab harga naik ini juga dikarenakan adanya kenaikan harga pada pakan yang tinggi ini info dari pedagang yang hanya mengambil keuntungan sekitar Rp50 per butir," bebernya.
Masalahnya, pada harga pakan ini sangat bergantung pada jagung, sedangkan jagung bergantung dengan harga pupuk dan pupuk bergantung lagi pada impor.
"Ini semua berkaitan. Salah satunya kalau impor berkaitan dengan Rusia dan Ukraina yang mempengaruhi harga," terangnya.
Baca Juga: KPPU Denda Tujuh Perusahaan Minyak Goreng Sebesar Rp71,28 Miliar
Bila harga produksi ini tetap bertahan tinggi, kemungkinan akan terjadi proses keseimbangan pasar yang baru.
"Produsen kan nggak mau jual murah yang merugikan mereka. Sedangkan konsumen pun bila harga tinggi akan mengurangi konsumsinya. Masalah apakah ada pemain besar di sini belum kita temukan indikasinya. Sedangkan bila masalah pakan masih terus kita dalami apakah ada praktik kartelnya," pungkas Ridho.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: