Dibangun dengan Kebersamaan, Lika-liku Proses Syuting Film 'Perik Sidua-dua' Berlanjut di Warung Kopi Desa Bukit
Proses perjalanan syuting film "Perik Sidua-dua" benar-benar menguji kesatupaduan tim produksi yang telah dibangun kebersamaannya sejak Desember 2022 lalu.
"Ya, proses produksi film memang membutuhkan ketekunan, kesabaran, kesolidan, siap berkorban dan pantang menyerah," kata Produser Film "Perik Sidua-dua", Benson Kaban, Kamis (22/6/2023).
Baca Juga: Perjalanan Produksi Film Layar Lebar Perik Sidua-dua Berlanjut di Tiga Gunung
Dikatakannya, proses syuting ini adalah sebuah perjalanan penciptaan karya yang melibatkan banyak pemikiran, kepentingan, hasrat, orientasi, dan berbagai macam tujuan pribadi.
"Kesemuanya itu harus diracik jadi kebersamaan yang tidak membunuh identitas setiap person yang ada di dalamnya," ujarnya.
Benson mengatakan semua perbedaan adalah modal besar yang dimiliki tim ini. Ia menegaskan, yang terpenting semuanya harus sepakat mencapai tujuan bersama yang telah disepakati.
"Proses syuting berlanjut di Warung Kopi Koperasi Desa Bukit. Pemilihan warung kopi ini bukan sembarangan. Warung Kopi ini sudah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan Republik Indonesia," ujarnya.
Warung Kopi yang menjadi lokasi syuting Film "Perik Sidua-dua" ini milik seluruh warga Desa Bukit yang tidak bisa diperjualbelikan atau dikuasai pemilik modal. Setiap warga berhak mengelola Warung Kopi ini selama tiga bulan untuk mendapatkan modal bertani. Kearifan lokal yang sudah sangat langka dapat terjadi di Republik ini.
Konon, di Tanah Karo sendiri, lanjut Benson, tinggal Desa Bukit yang melestarikan budaya ini. Warung Kopi Koperasi Desa Bukit ini mengajarkan kesejahteraan dan kemakmuran harus dapat dirasakan bersama-sama, tidak dikuasai oleh pemilik modal yang serakah.
"Di warung kopi ini, kami mengambil gambar scene Paguh (diperankan Yori Barus), Hematno, dan Ucok bermain catur Karo yang sudah langka. Permainan catur Karo ini sebagai kearifan lokal yang sudah sulit ditemukan di Tanah Karo sendiri," katanya.
Untuk membuat properti catur, pihaknya menempa dari pengrajin di Tanah Karo. Adegan ini diharapkan ke depannya dapat mengembalikan catur Karo sebagai primadona permainan rakyat di Karo, lebih luas lagi di Sumatra Utara. Warga Desa Bukit juga ikut terlibat dalam pengambilan gambar adegan ini.
"Pemerintah Sumatra Utara atau Penguasa Republik ini semestinya melakukan studi banding ke Desa Bukit, mempelajari dan memahami cara membangun yang tidak mengeksploitasi dan merebut hak-hak warga," katanya.
Baca Juga: Dorong Film Lokal Go International, Sandiaga Uno Kunjungi Netflix Singapura
Bahkan, sampai hari ini, kata Benson, pihaknya terus mencari kekuatan apa yang dimiliki tim produksi Film Layar Lebar "Perik Sidua-dua" sehingga mampu bergerak non stop 3x24 jam.
"Kekuatan ini berasal dari kekuatan untuk mengembangkan tradisi, budaya, dan wisata di Sumut," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: