Perjalanan Produksi Film Layar Lebar Perik Sidua-dua Berlanjut di Tiga Gunung
Perjalanan produksi Film Layar Lebar Perik Sidua-dua berlanjut di Gunung Sibuaten, Gunung Sinabung, dan Gunung Sibayak. Ini adalah gelombang kedua shooting dari 15-17 Juni 2023.
Produser Film Perik Sidua-dua, Benson Kaban, mengatakan bahwa ada 10 scene dari 96 scene yang tertuang di skenario akan dieksekusi secara sinematik yang mengambil lokasi shooting di antara tiga gunung itu.
Baca Juga: Dorong Film Lokal Go International, Sandiaga Uno Kunjungi Netflix Singapura
"Dalam perjalanan gelombang kedua, Tim Produksi membawa 11 aktor dan 15 kru film. Seperti halnya Tour The Karo Volcano Park, kami tetap bersama Bus Almasar bergerak di antara kelokan, tanjakan, dan lembah-lembah yang berada di Kawasan pegunungan Karo," katanya, Senin (19/6/2023).
Shooting Film Layar Lebar Perik Sidua-dua sebagai perwujudan spirit mempromosikan Kawasan Karo Volcano Park dan Kaldera Toba sebagai destinasi wisata yang digerakkan oleh potensi-potensi lokal Sumatera Utara.
"Berangkat dari semangat menjadi 'tuan rumah di rumah sendiri', produksi film yang digagas Gegeh Persada Film diharapkan ke depannya menjadi ruang besar untuk bertumbuhkembangnya talenta-talenta lokal dari berbagai latar belakang. Hal ini juga untuk menunjukkan kebinekaan masyarakat Karo yang menjunjung tinggi adat istiadat warisan leluhur," ujarnya.
Dari Medan, Bus Almasar menembus kemacetan hingga naik ke puncak 2.000 Siosar, tepatnya di Kv. Surya milik pengungsi Sinabung. Tim langsung disambut dengan angin gunung yang keras dan dingin. Cuaca cerah, langit berwarna biru. Dari Kv. Surya ini nampak Gunung Sibuaten tegak kokok menopang langit. Di kejauhan terlihat Sinabung dan Sibayak yang tak gentar menjulang.
Di ketinggian Siosar ini ada 2 scene yang dieksekusi: Rasta dan Mbako membahas ulah Max yang dianggap kurang ajar terhadap Jilena. Di scene ini hendak menunjukkan ke publik bahwa perempuan Karo memiliki muruah yang tinggi, tidak boleh sembarangan disentuh.
Di scene selanjutnya, Paguh berkeluh kesah tentang kondisi ekonomi kepada saudara laki-lakinya Eben. Dia hendak meminjam uang kepada Jilena. Di scene ini menampilkan sosok petani Karo dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.
Lahan yang luas tidak menjamin kesejahteraan masyarakat Karo meningkat. Di antara tiga gunung yang terlihat dari Kv. Surya, masyarakat Karo merawat tradisinya, mengolah tanahnya, dan membangun berbagai destinasi wisata.
"Dari Siosar, kami melihat rumah kayu berbentuk panggung milik Paguh dan Lisma di Desa Kacinambun. Paguh yang sehari-harinya berprofesi sebagai petani, terlihat cemas menanti kepulangan istri dari pasar. Ya, kehidupan tak selamanya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Keluarga sederhana ini di antara luasnya lahan pertanian menghadapi segala persoalan hidup dengan cinta dan kasih sayang," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait:
Advertisement