Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa kondisi perekonomian dunia masih menghadapi ketidakpastian yang tinggi, yang diprediksi terus berlanjut pada 2024.
Hal tersebut dia sampaikan usai berpulang dari gelaran Paris Summit 2023 yang turut dihadiri berbagai kepala negara dan pemerintahan dunia, Komisi Eropa, Dewan Eropa, hingga Bank Sentral Eropa, pada 21-23 Juni 2023 di Paris, Perancis.
Baca Juga: APBN Surplus Lagi, Sri Mulyani: Tembus Rp204,3 Triliun pada Mei 2023
"Saya baru saja kembali dari Paris dan memang menggambarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global masih tidak pasti sesuai prediksi yang dikeluarkan oleh lembaga dunia seperti IMF, World Bank, OECD semuanya menggambarkan 2023 ini adalah tahun yang cukup lemah dibandingkan 2022 atau 2021," ungkapnya, dalam konferensi pers APBN KiTA, Senin (26/6/2023).
Tak sampai di situ, Sri Mulyani mengungkapkan, perdagangan global juga diperkirakan hanya tumbuh 2,4% atau merosot tajam dari dua tahun sebelumnya, yakni 5,1% pada 2022 dan 10,6% pada 2021.
Kemudian, kata Sri Mulyani, guncangan ekonomi dunia juga diwarnai dengan kondisi geopolitik di Ukraina dan sejumlah negara besar di dunia juga masih membayangi perekonomian global. Lalu, imbuh dia, debt distress, terutama di negara berkembang maupun di negara maju juga menghalangi pemulihan ekonomi.
"Beberapa negara sektor keuangannya mengalami kerapuhan, inflasi tinggi dan suku bunga yang meningkat menjadi salah satu faktor yang meng-erosi pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut," ujar Sri Mulyani.
Selanjutnya, dari sisi PMI Manufaktur, kata dia, juga mencerminkan tekanan yang masih sangat tinggi. Di antara negara G20 dan Asean-6, hanya 24 persen negara yang berada pada posisi ekspansi dan meningkat, di antaranya India, Filipina, Rusia, Jepang, dan China.
"Mayoritas negara PMI manufakturnya dalam kondisi kontraksi, ini memang menggambarkan aktivitas dari PMI manufaktur, kondisi ekonomi keseluruhan dan pertumbuhan ekonomi global termasuk perdagangan global mengalami pelemahan," jelas Sri Mulyani.
Sementara itu, Sri Mulyani menyebut bahwa Indonesia termasuk negara yang memiliki pertumbuhan terkuat dan persisten tinggi, di tengah banyak negara sudah tidak mampu bertahan menghadapi tekanan pelemahan ekonomi global.
"Indonesia terus-menerus mempertahankan pertumbuhan di atas 5% dalam 6 kuartal terakhir. Di negara lain, mungkin bagus, tapi kemudian mengalami kemerosotan yang cukup tajam pada 2023 ini terutama. Jadi kita lihat memang banyak negara yang sudah tidak mampu bertahan dalam tekanan pelemahan ekonomi dunia dan gejolak ekonomi dunia," imbuhnya.
Baca Juga: Di Depan Negara Maju, Sri Mulyani Tagih Janji Investasi Rp1.500 Triliun untuk Transisi Energi
Menurut Bendahara Negara itu, capaian tersebut cukup positif meski tantangan yang dihadapi ke depan tidak mudah. Maka dari itu, kata dia, optimalisasi APBN tetap difokuskan menahan gejolak dari global.
"Tren pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia memang beragam, tapi Indonesia termasuk negara yang memiliki pertumbuhan terkuat dan cenderung tinggi. Kita lihat Indonesia terus-menerus mempertahankan pertumbuhan di atas 5% dalam 6 kuartal terakhir. Negara lain merosot cukup tajam di 2023," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Alfida Rizky Febrianna
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: