Indonesia Re International Conference 2023, Berbagi Strategi untuk Membangun Sektor Asuransi yang Berkelanjutan
PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re kembali meningkatkan komitmennya untuk memperkuat perannya sebagai center of knowledge industri asuransi di Indonesia dengan menyelenggarakan Indonesia Re International Conference 2023. Melalui kegiatan internasional bertajuk Indonesia Re International Conference (IIC) 2023 yang diselenggarakan pada tanggal 4-5 Juli 2023, Indonesia Re berinisiatif untuk membuka ruang diskusi mengenai terciptanya sustainability di industri asuransi dan reasuransi. IIC menjadi momentum untuk meningkatkan kolaborasi antar lintas ekosistem yang mencakup namun tidak terbatas pada pelaku industri asuransi dan reasuransi baik lokal maupun global, perbankan, pemerintahan dan ilmuwan.
Dihari kedua Indonesia IIC 2023, Indonesia Re menutup rangkaian acara dengan menyelenggarakan awarding night yang dinamakan Indonesia Re Award 2023. Kegiatan ini memiliki 3 (tiga) kategori award yang masing-masingnya memiliki sub-kategori. Untuk kategori pertama, BPPDAN terdapat 2 (dua) sub-kategori, yaitu The Best Submission dan The Highest Premium Contributor. Kategori kedua, Life Insurance memiliki 3 (tiga) sub-kategori, yaitu The Highest Premium Contributor, The Best Underwriting Result, dan The Most Innovative. Kategori ketiga, General Insurance yang terdiri dari The Best Reporting & Administration, The Best Performance Facultative, dan The Best Underwriting Yield.
Direktur Utama Indonesia Re, Benny Waworuntu mengatakan, bahwa Indonesia Re Award 2023 adalah salah satu bentuk apresiasi dan penghargaan kami kepada mitra bisnis yang merupakan perusahaan-perusahaan Asuransi di Indonesia, yang telah bersama-sama dengan Indonesia Re berkontribusi dalam pengembangan industri asuransi dan khususnya reasuransi di Indonesia, sehingga Indonesia Re dapat terus memberikan support dan solusi reasuransi terbaik demi tercapainya cita-cita industri reasuransi yang resilient dan sustainable.
Dengan mengangkat tema besar reinsurance sustainability in macro economics and political year volatility, hari kedua IIC 2023 mendiskusikan tentang industri perasuransian yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Jika dilihat dari sisi manajemen resiko, perusahaan asuransi akan mereasuransikan kembali setiap produk yang dipasarkan jika sudah melebihi batas kapasitasnya sendiri. Hal ini membuat industri perasuransian, khususnya reasuransi, harus memperkuat permodalannya serta kerjasamanya dengan perusahaan sejenis agar tercipta system ability yang dapat mewujudkan industri perasuransian berkelanjutan. Untuk menciptakan system ability itu sendiri harus mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya dari sisi tata keuangan, bisnis, teknologi, dan manusianya. Semua faktor tersebut harus dipertimbangkan agar dapat dipikirkan mitigasi resikonya karena industri perasuransian, khususnya reasuransi merupakan backbone dari ekonomi Indonesia.
Delil Khairat, Direktur Teknik Operasi menambahkan “Pada tahun 2024, upaya akan dilakukan untuk menarik investor atau strategic investor yang akan memberikan modal kepada perusahaan Indonesia Re. Hal ini akan memperkuat Indonesia Re secara keseluruhan dan memungkinkannya untuk berkembang di pasar internasional dengan mengambil risiko di luar negeri serta mengelola premi dari dalam dan luar negeri. Dengan demikian, ini akan memberikan dua manfaat penting, yaitu memperkuat Indonesia Re dan industri asuransi secara keseluruhan melalui diversifikasi portofolio. Selain itu, ini juga akan berkontribusi pada perbaikan neraca perdagangan sektor industri asuransi dengan mengurangi ketidakseimbangan negatif dan membagi risiko dengan pasar internasional.”
Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi makro, Indonesia Re telah melakukan analisis mendalam terhadap situasi ekonomi global dan nasional. Indonesia Re terus memantau indikator-indikator ekonomi penting, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan stabilitas keuangan, untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang kondisi ekonomi yang sedang berlangsung. Dengan demikian, perusahaan dapat mengadaptasi strategi bisnis dan memastikan bahwa portofolio kami tetap kuat dan seimbang. Keberlanjutan menjadi fokus utama dalam pengelolaan perusahaan asuransi dan reasuransi. Meningkatkan dukungan reasuransi menjadi faktor kunci dalam mencapai keberlanjutan di industri asuransi dan meningkatkan kontribusi industri asuransi dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang telah disepakati oleh seluruh anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Membangun sistem yang berfokus pada keberlanjutan tidak hanya berarti mengidentifikasi dan memahami tantangan dan peluang yang ada di masa depan. Penting bagi pelaku industri asuransi dan reasuransi untuk melibatkan perspektif jangka panjang yang memungkinkan mereka menjadi lebih sensitif terhadap sinyal-sinyal tantangan dan peluang yang belum terjadi saat ini. Analisis dan evaluasi tantangan dan peluang menjadi dasar penting dalam merumuskan strategi dan melakukan transformasi bisnis guna mencapai keberlanjutan dan ketahanan industri asuransi. Risiko, yang mencakup berbagai tingkat variasi mulai dari individu hingga tingkat korporasi, negara, dan regional, secara besar-besaran akan berdampak pada industri asuransi dan reasuransi. Oleh karena itu, faktor-faktor eksternal yang memengaruhi kesehatan industri asuransi sangat beragam. Dalam perspektif yang lebih luas, faktor-faktor eksternal yang beragam tersebut terkait erat dengan ekonomi makro yang sangat dinamis, dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti geopolitik, bencana alam, dan juga fakta bahwa tahun 2024 merupakan tahun politik di Indonesia.
“Kami akan berbicara mengenai 2 hal, yaitu reformasi kebijakan dan investasi di Indonesia dan peran asuransi dalam menjamin keberlangsungan kegiatan ekonomi. Hal ini menjadi penting untuk dibahas karena meskipun Indonesia telah memasuki fase pasca pandemi, potensi resiko dan tantangan ekonomi kedepan akan semakin berat. Mulai dari tensi geopolitik, perubahan iklim, hingga digitalisasi terus mengancam ekonomi Indonesia. Dengan potensi resiko serta tantangan ekonomi yang saat ini sedang dihadapi, kami di Pemerintahan menilai bahwa investasi menjadi kunci dari pertumbuhan dan pemulihan ekonomi. Lalu, kaitannya dengan asuransi adalah kegiatan dari investasi sendiri membutuhkan asuransi untuk hedging. Pembiayaan proyek investasi khususnya proyek-proyek infrastruktur dan hilirisasi yang umumnya memakan jangka waktu yang panjang membuat hedging sangat diperlukan dalam pendanaan infrastruktur. Selain itu, hedging dalam investasi pun dapat memitigasi resiko atas potensi kerugian investasi yang lebih besar yang timbul akibat ketidakpastian dimasa depan. Dengan adanya kebutuhan akan hedging dalam bidang investasi ini membuat industri perasuransian berperan penting dalam manajemen resiko berinvestasi perusahaan dengan memberikan layanan/produk perlindungan resiko sehingga mampu mendukung pertumbuhan investasi dan ekonomi di Indonesia,” ujar Riyatno, Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal Kementerian Investasi
Lebih lanjut Ogi Prastomiyono, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan, “Saya sangat menyadari pentingnya memperoleh pemahaman tentang topik yang akan dibahas dalam acara IIC 2023. Topik yang diangkat tidak main-main, melainkan sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Oleh karena itu, saya secara pribadi mengharuskan kehadiran saya dalam acara ini. OJK mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama memperkuat industri perasuransian, mengingat potensi besar yang dimiliki Indonesia yang dapat dioptimalkan. Selama tahun 2023, kinerja ekonomi nasional menunjukkan perkembangan yang sangat positif. Meski demikian, terjadi kontraksi dalam akumulasi premi asuransi pada periode Januari-Mei 2023 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Untuk itu, keberadaan sektor asuransi yang sehat, kuat, dan tumbuh berkelanjutan menjadi faktor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Terbukti pula bahwa di negara maju, industri asuransi berkembang pesat, menunjukkan adanya kaitan antara negara maju dan tingkat pertumbuhan asuransi di negara tersebut. Dalam hal ini, OJK memiliki empat arah kebijakan dalam sektor industri asuransi nasional, yaitu permodalan, tata kelola dan manajemen risiko, ekosistem, serta standar internasional. Peran reasuransi dalam ekosistem sektor industri asuransi, serta perkembangan dan kinerja reasuransi domestik, menjadi sangat penting dalam mendukung mekanisme penyebaran risiko yang ditanggung atau dikelola oleh perusahaan asuransi. Melalui reasuransi, perusahaan asuransi dapat menjaga kinerja keuangan dan solvabilitas mereka dari dampak volatilitas klaim yang besar, memaksimalkan kapasitas permodalan dan kemampuan menerima risiko, serta menyediakan backup untuk mengelola risiko bencana. Maka dari itu, OJK ingin menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Indonesia Re karena telah menyelenggarakan acara yang sangat bermanfaat ini dengan sangat baik. Dengan harapan yang lebih baik, mari bersama-sama menciptakan industri asuransi yang kuat, sehat, dan tumbuh berkelanjutan demi kebaikan dan keamanan Indonesia.”
Bob Tyasika Ananta, Wakil Direktur Utama Bank Syariah Indonesia menambahkan, “Keuangan syariah Indonesia menempati peringkat ke-7 terbesar di dunia dalam jumlah aset perbankan syariah sekitar 48 miliar dolar AS, sukuk sekitar 84 miliar dolar AS, dan Takaful sekitar 3 miliar dolar AS. Meskipun terjadi pertumbuhan yang positif selama pandemi COVID-19, perkembangan perbankan syariah masih perlu ditingkatkan. Pendorong pengembangan industri keuangan syariah datang dari dunia usaha, pemerintah, dan dunia akademis. Peningkatan produk dan layanan keuangan syariah, kerja sama multi-industri, dan peningkatan literasi menjadi fokus pengembangan dari sisi bisnis. Dalam hal regulasi, disahkannya Statuta No. 4 tahun 2023 memberikan ruang gerak bagi pengembangan lembaga keuangan syariah. Di sisi akademis, minat dan literasi terhadap keuangan syariah terus meningkat di Indonesia. Meskipun pangsa pasar keuangan syariah masih kecil dibandingkan dengan perbankan konvensional, terdapat peluang besar untuk pengembangan industri keuangan syariah di Indonesia. Sektor perbankan syariah merupakan yang terbesar dalam keuangan syariah global, diikuti oleh pasar modal syariah dan sektor non-perbankan. Pemerintah memiliki kemauan politik untuk mendorong perkembangan industri keuangan syariah. Perkembangan sektor modal syariah masih terbatas, namun dukungan pemerintah diharapkan dapat meningkatkan partisipasi lebih banyak perusahaan dan negara. Industri time sharing di Indonesia masih terbatas, namun ada potensi untuk mengembangkannya dengan memisahkan unit bisnis dari perusahaan asuransi konvensional.”
Perubahan dan ketidakpastian dalam situasi politik yang terjadi seiring dengan pesta demokrasi 2024 akan berdampak pada perekonomian Indonesia. Politik memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan yang akan diambil oleh Pemerintah di masa depan. Di sisi lain, sistem politik dan sistem ekonomi saling berhubungan dan saling memengaruhi. Contohnya, ketidakpastian dalam kondisi politik dapat mempengaruhi persepsi investor domestik dan asing terhadap Indonesia.
“Kami berharap dengan terselenggaranya Indonesia Re International Conference 2023 ini dapat menciptakan kolaborasi yang sinergis antar lintas ekosistem sehingga dapat mengurangi risiko-risiko yang mungkin akan terjadi di masa mendatang,” tutup Benny.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi
Tag Terkait: