Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Rekind Siapkan Pabrik Percontohan yang Mampu Mengolah Limbah Kelapa Sawit Jadi Produk Kimia dan Energi Terbarukan

        Rekind Siapkan Pabrik Percontohan yang Mampu Mengolah Limbah Kelapa Sawit Jadi Produk Kimia dan Energi Terbarukan Kredit Foto: Rekayasa Industri
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Rekayasa Industri (Rekind) tengah merancang pabrik percontohan dengan balutan teknologi moderen yang mampu mengubah Limbah kelapa sawit atau yang biasa dikenal dengan sebutan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) menjadi senyawa glukosa, xilosa dan lignin (GXL). Ketiga senyawa tersebut mampu melahirkan produk bernilai jual tinggi, mulai dari produk kimia hingga turunan energi terbarukan (bioetanol).

        Dalam melahirkan tiga senyawa itu, Rekind tidak sendirian. Perusahaan EPC (Engineering, Procurement, Construction) terintegrasi milik bangsa ini juga menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB), Balai Besar Industri Agro (BBIA) - Kementerian Perindustrian Republik Indonesia dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). 

        Saat ini, persiapan pabrik percontohan tersebut sudah sampai pada tahapan instalasi beberapa peralatan utama. Lokasinya berada di Cikaret, Bogor, Jawa Barat. Konsentrasinya menyiapkan pabrik yang bisa memaksimalkan kehadiran tiga senyawa tadi, melalui proses fraksionasi (teknik pemisahan dan pengelompokan kandungan kimia ekstrak) baik secara kimiawi, fisika maupun biologi. Upaya ini merupakan pertama kalinya di Indonesia, karena sebelumnya belum ada pelaku industri di tanah air yang mampu melahirkan tiga senyawa tersebut sekaligus melalui proses fraksionasi tadi. 
        Baca Juga: Rekind Kembali Raih Penghargaan Best In Design di Event Hexagon Elite Award 2023

        Pabrik yang disiapkan untuk melakukan proses ini digadang-gadang ramah lingkungan. Bahkan limbah hasil pengolahannya bisa dijadikan pupuk, sehingga tidak ada yang tersisa. Padahal, sebelumnya oleh pelaku industri, limbah kelapa sawit hanya digunakan untuk proses pembakaran guna menunjang kerja boiler (sejenis bejana untuk mengubah air menjadi uap energi).

        “Ini pertama kalinya di Indonesia. Belum ada pelaku industri di tanah air yang bisa melahirkan tiga senyawa sekaligus dengan turunannya bisa menghasilkan produk bernilai jual tinggi. Jelas ini sangat membanggakan. Kami selaku ‘Perusahaan Merah Putih’ akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa memberikan sumbangsih yang terbaik yang inovatif bagi bangsa dan negara,” ungkap Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih, yang akrab disapa Yani.

        Produk turunan yang dihasilkan senyawa GXL , antara lain, untuk glukosa produk turunannya Butandiol. Produk turunan ini merupakan zat yang biasa dipergunakan dalam produk-produk kosmetika. 

        Selain itu juga ada Bioethanol Fuel (bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan untuk kendaraan bermotor). Sedangkan untuk xylitol produk turunannya bisa diarahkan untuk pengembangan pabrik xylitol (pemanis alami yang bermanfaat bagi kesehatan, misalnya kesehatan tulang dan gigi) dan untuk Lignin nantinya akan jadi BTX Plant (BTX ialah Benzene, Toluene, dan Xylene yang merupakan bahan baku utama industri, misalnya pada industri serat sintetik dan pelembut).

        Penelitian terkait limbah kelapa sawit ini awalnya dirintis oleh Rekind bersama ITB sejak tahun 2013, dengan skala laboratorium dan rampung pada 2017. Kemudian di tahun 2019-2021, Rekind dan ITB melakukan Bench Scale Research dengan fokus pada Optimasi Desain Reaktor Skala Bench, uji coba fraksionasi (proses pemisahan) dan kelayakan tekno ekonominya. Dan sekarang untuk bisa merealisasikan hasil riset tersebut secara konkret, Rekind dan ITB digandeng BBIA untuk pengembangan teknologi skala pilot dengan pendanaan dari BPDPKS. 

        “Sinergi yang kami lakukan melalui pembangunan pilot project ini semata – mata sebagai gambaran dari semangat kami dalam menghadapi perubahan industri global sekaligus sebagai jawaban atas tinggginya daya saing industri nasional dewasa ini,” tegas Yani.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: