SKK Migas Beberkan Tantangan Investasi Hulu Migas dalam Masa Transisi Energi

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, masa transisi energi memberikan dampak yang signifikan bagi investasi di hulu minyak dan gas (migas).

"Dampak dari transisi ini, kendala-kendala yang lebih besar bagi investasi di hulu migas," ujar Dwi dalam konferensi pers, Selasa (18/7/2023).

Dwi mengatakan, tantangan yang dihadapi dalam mencari investasi di hulu migas, salah satunya adalah sikap perbankan atau lembaga keuangan yang sudah melakukan pembatasan dalam pendanaan proyek yang berbasis energi fosil.

Baca Juga: SKK Migas Perkirakan Kebutuhan Migas Terus Meningkat hingga 2050

"Karena restrictions dari para lembaga keuangan di dalam mendukung pendanaan proyek," ujarnya. 

Menurutnya, hal tersebut menjadi tantangan yang berat bagi industri hulu migas. Pasalnya, semua proyek yang ada di hulu migas membutuhkan dana yang sangat besar dan tidak mungkin dibiayai secara mandiri.

"Sehingga, tidak ada satupun yang akan kuat didanai sendiri oleh perusahaan," ungkapnya. 

Lanjutnya, Dwi menyebut bahwa untuk melaksanakan pembangunan hulu migas tentunya membutuhkan kerja sama dengan institusi finansial. Namun, hal tersebut menemui tantangan. 

Sekalinya pun dapat pendanaan dari lembaga keuangan, investasi hulu migas tetap harus merogoh kocek lebih dalam jika dibandingkan di masa sebelumnya. 

"Menyampaikan sikap target-target yang akan dicapai di dalam berkaitan dengan NZE (Net Zero Emission)," ucapnya. 

Lebih lanjut, Dwi melihat bahwa tuntutan global membuat Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) memiliki target tersendiri untuk menentukan NZE di masa mendatang. Kondisi tersebut membuat  investasi di hulu migas menjadi lebih mahal, lebih tinggi karena tuntutan-tuntutan lainnya. 

"Tadi untuk integrasi dengan carbon capture dan storage dan sebagainya karena masing-masing mendapat target untuk mencapai NZE," ungkapnya.

Baca Juga: Dukung Target NZE 2060, PGN Saka Jalankan Sejumlah Program Dekarbonisasi