- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Kenaikan Tarif CHT Sudah Berlaku, Bagaimana Performa Pendapatan Emiten Rokok?
Pada akhir tahun 2022 lalu, Kementerian Keuangan merilis aturan mengenai kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) dan memberlakukannya sejak 1 Januari 2023. Aturan tersebut dimuat dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 192/PMK.010/2022 tentang Perubahan atas PMK Nomor 193/PMK.010/2021 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau berupa Rokok Elektrik dan Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya.
Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani, mengaku sudah berdiskusi dengan DPR dan perwakilan petani tembakau. Ia menegaskan, tujuan peningkatan CHT adalah mendukung target penurunan prevalensi merokok anak.
Lantas, bagaimana performa keuangan, khususnya pendapatan, lima emiten rokok Indonesia yang sudah resmi terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? Untuk mengetahui apakah sahamnya bisa dipertimbangkan sebagai pilihan investasi, simak penjelasan selengkapnya di artikel berikut ini!
Baca Juga: Ingin Investasi di Emiten Ritel Elektronik? Cek Dulu Performa Pendapatannya di Sini!
1. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) merupakan perusahaan rokok yang didirikan oleh Surya Wonowidjojo pada tahun 1958 di Kediri, Jawa Tengah. Perusahaan yang mulai melantai di bursa pada 27 Agustus 1990 itu terkenal sebagai penghasil rokok berkualitas tinggi yang menyajikan produknya dengan berbagai variasi, mulai dari sigaret kretek klobot, sigaret kretek linting-tangan, sampai sigaret kretek linting-mesin.
Mengutip dari laman resminya, dijelaskan bahwa Gudang Garam mempunyai setidaknya tiga brand berbeda yang sudah dikenal oleh masyarakat. Ketiga brand yang dimaksud adalah Gudang Garam Family, Surya Family, dan GG Family. Di antara tiga brand yang ada, Gudang Garam Family didapuk sebagai produk dengan tingkat popularitas dan tingkat penjualan paling tinggi.
Sebagai catatan, pada kuartal pertama tahun 2023, Gudang Garam berhasil membukukan angka pendapatan sebesar Rp29,73 triliun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang berada di angka Rp29,29 triliun, terlihat ada peningkatan sebesar 1,5%. Segmen sigaret kretek mesin menjadi kontributor terbesar dengan menyumbang Rp27,03 triliun.
2. PT H. M. Sampoerna Tbk (HMSP)
Pada tahun 1913 lalu, Liem Seeng Tee resmi mendirikan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) atau yang lebih dikenal dengan nama Sampoerna. Perusahaan yang kini menjadi bagian dari PT Philip Morris Indonesia itu diklaim telah memimpin pasar rokok Indonesia dengan pangsa pasar mencapai 28% pada tahun 2022.
Berkat kerja samanya dengan PT Philip Morris Indonesia, Sampoerna dipercaya untuk memproduksi, memperdagangkan, dan mendistribusikan rokok Marlboro alias merek rokok internasional terkemuka yang diproduksi oleh Philip Morris International Inc. Selain Marlboro, juga memproduksi merek kretek lainnya, seperti Dji Sam Soe Magnum dan Sampoerna Kretek
Sebagai informasi tambahan, pada tiga bulan pertama tahun 2023, perusahaan yang resmi menawarkan sahamnya kepada masyarakat per 15 Agustus 1990 itu mencetak kenaikan pendapatan hingga 3,07%. Merujuk dari laporan keuangan perusahaan, dilaporkan bahwa pendapatan yang telah dikantongi berada di angka Rp26,96 triliun.
Baca Juga: Masuki Kuartal II Tahun 2023, Simak Performa Marketing Sales Emiten Properti di Indonesia!
3. PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC)
Emiten rokok Indonesia yang akan dibahas berikutnya adalah PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC). Perusahaan yang didirikan pada tahun 1960 oleh pasangan Chandra Saksono itu merupakan organisasi bisnis manufaktur yang fokus usahanya terletak pada pengolahan daun-daun tembakau menjadi produk kemasan. Dalam istilah internasional, produk yang dijual oleh Indonesian Tobacco dikenal dengan nama Roll Your Own Tobacco Product.
Berdasarkan situs web resminya, diketahui bahwa perusahaan yang telah go public sejak 4 Juli 2019 itu menjual produk dengan beberapa merek, seperti Kuda Terbang, Bunga Sakura, Rumah Minangkabau, Papillon Clove, dan masih banyak lain. Selain dijual secara lokal, produk Indonesian Tobacco sudah dipasarkan ke luar negeri, seperti Jepang, Malaysia, dan Singapura.
Sebagai informasi tambahan, pada kuartal I tahun 2023, Indonesian Tobacco mencatatkan kenaikan penjualan hingga 14,46% menjadi Rp68,06 miliar. Melansir dari laporan keuangan yang dirilis secara resmi, dilaporkan bahwa segmen penjualan lokal hampir menyumbang 100% untuk pendapatan perusahaan.
4. PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA)
Perusahaan rokok terbesar keempat di Indonesia alias PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) sudah bergelut di dunia bisnis selama kurang lebih delapan puluh tahun. Saat ini, perusahaan tersebut berada di bawah British American Tobacco (BAT) Group. Dengan adanya kerja sama antarperusahaan, per 2019 lalu, Bentoel Group berhasil melakukan ekspor ke dua puluh negara tujuan dengan nilai transaksi mencapai Rp2,7 triliun.
Mengutip dari laman resminya, diketahui bahwa Bentoel Group memproduksi berbagai produk yang mencakup rokok kretek tangan, rokok kretek mesin reguler, rokok putih mesin, dan vape. Bentoel Group memperdagangkan rokok dengan merek Dunhill dan vape dengan merek Vuse.
Sebagai catatan, penjualan Bentoel Group naik 10,18% menjadi Rp2,01 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Merujuk dari laporan keuangan yang dirilis beberapa waktu lalu, dikabarkan bahwa angka penjualan perusahaan yang IPO pada 5 Maret 1990 itu banyak ditopang oleh segmen penjualan kepada pihak ketiga, yakni sebesar Rp1,43 triliun.
5. PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM)
Emiten rokok terakhir yang akan dibahas dalam artikel ini adalah PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM). Wismilak merupakan perusahaan rokok Indonesia yang memulai bisnisnya pada tahun 1962 di Surabaya. Perusahaan yang sudah mempunyai pengalaman selama puluhan tahun itu terkenal dengan merek Galan Prima, Wismilak Diplomat, dan Cerutu Wismilak Premium Cigars.
Baca Juga: Pandemi Berakhir, Kinerja Emiten Sektor Kesehatan Kembali Normal
Sebagai informasi tambahan, perusahaan yang resmi melantai di BEI pada 18 Desember 2012 itu membukukan pendapatan sebesar Rp1,71 triliun sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Angka tersebut menunjukkan adanya lonjakan sebesar 54,68%. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis secara resmi, dikabarkan bahwa segmen penyumbang terbesar pendapatan perusahaan adalah segmen sigaret kretek mesin dengan nominal Rp867,57 miliar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella
Tag Terkait: