Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Indonesia Harus Dorong Negara ASEAN Berkomitmen Turunkan Emisi GRK

        Indonesia Harus Dorong Negara ASEAN Berkomitmen Turunkan Emisi GRK Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, Indonesia dapat mendorong negara anggota ASEAN untuk mempunyai kesepakatan bersama untuk mendorong pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) yang selaras dengan Persetujuan Paris. 

        Selain itu, dengan menjadi Ketua ASEAN pada 2023 dan mempunyai kekuatan ekonomi besar di ASEAN, Indonesia dapat memobilisasi dukungan dari negara ASEAN lain untuk mempunyai target pengakhiran operasional PLTU batu bara secara bertahap sebelum tahun 2050.

        Menurutnya, pengurangan bahan bakar fosil dengan pelarangan pembangunan PLTU baru di Indonesia, tapi tetap mengizinkan pembangunan PLTU baru untuk keperluan industri dapat menghambat pencapaian bauran energi terbarukan yang lebih tinggi.

        Baca Juga: Indonesia Harus Bangun Ekosistem Kuat untuk Ciptakan Keadilan dalam Pendanaan Transisi Energi

        "Pemerintah Indonesia dapat mendorong komitmen yang lebih tegas untuk pengakhiran operasional PLTU batu bara di negara ASEAN," ujar Fabby dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (16/8/2023).

        Fabby mengatakan, Indonesia perlu meningkatkan pertumbuhan energi terbarukan di ASEAN, terutama pengembangan energi surya.

        Lanjutnya, pembahasan mengenai penyediaan rantai pasok yang terintegrasi patut disepakati pada ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) yang akan berlangsung dalam waktu dekat di Agustus 2023.

        “Kami harapkan pada AMEM, Indonesia bisa mengusulkan Indonesia menjadi pusat manufaktur PLTS mulai dari teknologi polisilikon hingga modul surya," ucapnya. 

        Lebih lanjut, ia menyebut bahwa beberapa negara ASEAN sudah mengembangkan manufaktur, tapi masih terbatas di sel dan modulnya. Selain itu, pengembangan manufaktur ini belum terintegrasi. 

        "Sementara di Indonesia, bahan baku untuk pembuatan komponen PLTS tersedia, misalnya pasir silika. Sebagai Ketua ASEAN 2023, Indonesia dapat merekomendasikan ini sebagai kesepakatan bersama untuk membangun rantai pasok yang terintegrasi,” ungkapnya.

        Fabby menilai ancaman iklim menjadi semakin serius bagi negara-negara ASEAN yang berdampak luas terhadap ketahanan pangan, ketahanan energi, dan kemajuan pembangunan di kawasan. 

        "Jika tidak ada upaya serius untuk mengurangi emisi global, maka dampak perubahan iklim akan membuat pertumbuhan ekonomi melebihi 6% di kawasan Asia Tenggara akan semakin berat," ungkapnya.

        Baca Juga: Tembus Fortune Global 500, Ini Cara Pertamina Tekan Emisi Karbon dan Dukung Pertumbuhan Ekonomi

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: