Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Saja Sektor yang Alami Profit dan Non-Profit Jelang Pemilu 2024?

        Apa Saja Sektor yang Alami Profit dan Non-Profit Jelang Pemilu 2024? Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pemilihan Umum (Pemilu) Indonesia yang akan berlangsung pada Februari 2024 menjadi fokus perhatian para pelaku pasar, termasuk investor di berbagai sektor ekonomi Indonesia. 

        Chief Economist PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menjelaskan bahwa sejumlah sektor diharapkan akan mengalami perkembangan berbeda menjelang Pemilu, baik dari segi profit maupun potensi nonprofit.

        Salah satu sektor yang diperkirakan akan mengalami profit positif adalah sektor pertanian. Menjelang Pemilu, konsumsi masyarakat yang tetap stabil mendorong pertumbuhan sektor ini.

        Baca Juga: Jelang Pemilu 2024, Akankah Investor Asing Tunda Investasi di Pasar Saham Indonesia?

        “Terkait dengan menjelang Pemilu karena kuncinya ada konsumsi masyarakat yang akan tetap solid, artinya sektor-sektor saham yang berkaitan dengan consumer goods dan jasa-jasa pendukung, misalkan media ataupun tadi ritel ini tentunya masih akan tetap memiliki kinerja cukup baik,” tutur Josua, dikutip dalam segmen #MoneyDiscussion bersama Rivan Kurniawan pada Senin (18/9/2023).

        Namun, terdapat sektor yang berpotensi tidak mengalami peningkatan pada profitnya, terutama sektor yang terkait dengan ekspor. Kinerja ekspor Indonesia diperkirakan melambat karena kondisi ekonomi global yang juga menunjukkan penurunan. Hal ini dapat memengaruhi sektor-sektor yang sangat bergantung pada ekspor.

        “Mungkin sektor properti juga diprediksi akan terpengaruh oleh perlambatan ekonomi global. Misalnya, ketidakpastian terkait kelanjutan proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan juga menjadi faktor yang perlu diwaspadai,” tambahnya.

        Josua juga menekankan bahwa penting untuk mengantisipasi perubahan di sektor komoditas, terutama mengingat harga komoditas tidak stabil akibat berbagai faktor termasuk isu geopolitik di Rusia-Ukraina. Perlu strategi adaptasi yang cerdas untuk menghadapi fluktuasi harga komoditas di pasaran.

        “Berkaitan dengan kinerja dari harga komoditas sektor energi ini juga perlu kita antisipasi karena mungkin saja normalisasi harga komoditas ini akan berlanjut. Misalnya harga komoditas batu bara di atas US$400 per ton, saya pikir itu akan menyulitkan lagi ke depannya. Jadi, itu harus kita waspadai,” tegasnya.

        Di sisi positif, sektor petrokimia diprediksi akan cukup baik karena produk industri petrokimia digunakan secara luas di berbagai sektor manufaktur. Perusahaan BUMN juga berupaya meningkatkan produksi petrokimia untuk mendukung pertumbuhan ini.

        Sektor otomotif juga dilihat sebagai sektor yang berpotensi tumbuh dengan baik, seiring dengan terus meningkatnya penjualan kendaraan bermotor. Dengan kondisi ini, diharapkan sektor otomotif dapat memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian.

        Dalam menghadapi Pemilu 2024 dan dinamika perekonomian, pemangku kepentingan di berbagai sektor diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memitigasi risiko dan memanfaatkan peluang seoptimal mungkin.

        “Kita tetap melihat bahwa secara keseluruhan, fundamental ekonomi Indonesia masih baik. Jadi, kalau kita lihat jangka panjang mestinya semua sektor di Indonesia ini masih atraktif dan punya peluang yang baik karena memang pertumbuhan ekonomi kita masih bisa tumbuh 6% sampai 7%,” pungkasnya.

        Baca Juga: Prajogo Pangestu Borong 4,6 Juta Lembar Saham Barito Pacific, Nilainya Tembus Rp5,31 Miliar!

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nevriza Wahyu Utami
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: