Associate Partner McKinsey and Company Indonesia Eric Buntoro, menilai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia tergolong masih minim memanfaatkan fasilitas digital.
Menurutnya, akses ke teknologi sangat berpengaruh dan jadi tantangan besar untuk UMKM Indonesia.
Baca Juga: Kembangkan Bisnis, BTN Rangkul UMKM untuk Go Digital
“Satu dari 10 UMKM kita baru menggunakan teknologi digital, entah itu partisipasi e-commerce, menggunakan digital service solution, kalau untuk akses to banking angkanya 1 banding 4,” ujar Eric dalam perhelatan Indonesia Knowledge Forum (IKF) 2023 ke-12 di Grand Ballroom Hotel Ritz-Carlton Jakarta, Rabu (11/10/23).
Erick menyampaikan hal tersebut menyoroti menjamurnya UMKM di Indonesia tetapi harus diakui belum efektif dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Salah satunya soal digitalisasi pemanfaatan teknologi dalam melakukan bisnis.
Menurutnya, akses ke teknologi sangat berpengaruh dan jadi tantangan besar untuk UMKM Indonesia.
“Kita selalu mengatakan UKM is the Growth Engine, tapi UMKM kita tidak efektif, belum kita unlock full,” tutur Eric.
Baca Juga: Teten Masduki: Kerja Sama LPDB-KUMKM dan GDA Tingkatkan Produksi Susu Segar Indonesia
Karenanya, lanjut Eric, meski Indonesia memiliki banyak UMKM, tetapi belum memaksimalkan perkembangan teknologi yang ada, maka Indonesia masih tertinggal dari beberapa negara lain.
Dari data yang dipaparkan, ditunjukkan bahwa Indonesia masih di bawah Vietnam bahkan dua kalai lebih kecil dari Malaysia dari ukuran usaha medium. Menurutnya, Indonesia masih dominan pada usaha mikro dibandingkan usaha berukuran medium.
“Karena itu, meski kita memiliki banyak UMKM, kalau kita bandingkan dengan negara lain mungkin Indonesia dominan usaha Mikro itu UMKM nya,” tambahnya.
Baca Juga: Bersama MilkLife, LPDB-KUMKM Kembangkan Ekosistem Sapi Perah Berbasis Koperasi
Sementara itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki mengatakan bahwa angka wirausaha tanah air hanya 3,4 persen dari total seluruh penduduk Indonesia.
Menurut Teten, UMKM belum punya daya saing kuat di ranah global dan model bisnis yang terlalu sederhana sehingga berdampak pada stagnasi pasar UMKM itu sendiri.
"Bisnis model sederhana ini yang saya kira kalau tidak dilakukan perubahan, UMKM kita akan mengalami stagnasi market," jelas Teten di acara Indonesia Digital Meet Up 2023 di gedung Smesco, Jakarta Selatan, pada Kamis, 5 Oktober 2023, dikutip dari Tempo.
Baca Juga: Dongkrak Pertumbuhan UMKM, Franchise & License Expo 2023 Kembali Digelar
Negara maju maunya negara berkembang harus menanggung bersama-sama, negara berkembang punya alasan kalian yang dulu mengotori dunia, kalian yang lebih dulu membabat hutan, kenapa kami saat ini harus menanggung bersama.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Aldi Ginastiar