Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gibran bin Jokowi Jadi Cawapres, Neno Warisman: Masa Depan Ada di Tangan Anak Muda

        Gibran bin Jokowi Jadi Cawapres, Neno Warisman: Masa Depan Ada di Tangan Anak Muda Kredit Foto: Antara/Anis Efizudin
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pentolan alumni 212 Neno Warisman resmi bergabung menjadi kader Partai Gelora yang artinya ia akan mendukung Prabowo Subianto dan Putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024.

        Neno yang sebelumnya merupakan tokoh oposan pemerintahan Jokowi itu mengaku tak tahu jika Gelora pada akhirnya mendukung dan mengusung Prabowo Subianto dan Gibran di Pilpres 2024.

        Meski demikian, dirinya mengaku tetap bertahan di Gelora karena melihat ada ketulusan dan kelurusan di partai pimpinan Anies Matta ini.

        “Seperti kata Pak Anis Matta apa yang sudah terjadi, terjadilah. Kalau Partai Gelora punya keputusan mendukung Pak Prabowo dan Gibran, saya tetap memutuskan masuk, karena saya percaya dengan narasi baik Partai Gelora. Saya tetap menemukan kelurusan, ketulusan, dan saya senang menemukan orang-orang lurus yang benar strunggling (berjuang). Mereka semua bergerak bukan karena materi, tapi karena ideologis. Saya nikmati persaudaraan baru ini,” ungkap Neno dikutip dari laman partaigelora.id, Kamis (2/11/23).

        Baca Juga: Anies Baswedan Serukan Perjuangan: Lebih Banyak yang Ingin Perubahan daripada Keberlanjutan!

        Neno mengaku tak mengenal Gibran secara personal, tetapi menurutnya anak muda punya peranan penting untuk masa depan Indonesia.

        Menurutnya senior-senior di Koalisi Indonesia Maju (KIM) bisa memberikan arahan kepada Gibran sebagai pemimpin.

        “Saya tidak mengenal Gibran, tetapi saya sudah mengasuh anak 100 milenial, dan setiap anak itu menyimpan kehebatannya masing-masing. Jadi saya orang yang selalu berpihak kepada orang yang lebih muda. Saya melihat masa depan dunia ini, ada di tangan anak muda, karena mereka jauh lebih berani dan kreatif sesuai dengan kebutuhan mereka. Hidup ini untuk kita wariskan, bukan kita pertahankan. Mudah-mudahan pengasuh-pengasuh Gibran, Pak Anis Matta, Pak Fahri Hamzah, Pak Zulkifli Hasan, serta partai koalisi sebagai pengemong, dapat memberikan arahan-arahan yang telah dilakukan generasi sebelumnya, yang buruk jangan dilakukan. Dan apa yang menjadi potensi yang baik dikembangkan, dan terus diingatkan ketika ada kekeliruan-kekeliruan,” pungkasnya.

        Neno mengatakan, pasti akan menemui kesulitan saat akan menyosialisasikan pasangan Prabowo-Gibran di lapangan, karena sepak terjangnya di politik selama ini berbeda dengan sekarang.

        “Tapi saya tidak suka melihat masalah itu menjadi sulit. Jangankan di politik, di rumah tangga saja, saya memiliki perbedaan politik dengan anak-anak saya, itu tidak masalah, karena memang hidup ini penuh dengan tantangan-tantangan, semua tergantung interaksi kita kepada lingkungan,” ujarnya.

        Peran Fahri Hamzah

        Fahri Hamzah menurut Neno telah mengajaknya bergabung saat awal partai Gelora didirikan. Hanya saja Neno mengaku saat itu tidak langsung menerima tawaran yang datang dan fokus mengabdi di wilayah pendidikan pasca Pilpres 2019.

        “Ada beberapa kali beliau mengajak saya untuk bertemu dengan Pak Anis Matta (Ketua Umum Partai Gelora), tetapi saya bertabrakan waktu. Karena ketika saya selesai memimpin barisan ganti presiden pada 2019, saya langsung gantung raket, istilahnya. Saya masuk ke kampung, dan mengabdikan diri saya ke wilayah pendidikan. Di situ saya all out selama dua tahun,” ungkapnya.

        Neno mengaku tawaran untuk bergabung partai bukan hanya datang dari Gelora, semuanya tawaran yang masuk saat itu ia tolak karena ia ingin leluasa dalam “bergerak”.

        Fahri Hamzah menurut deklarator #2019GantiPresiden itu tidak putus asa dan terus membujuk dirinya untuk bergabung ke Partai Gelora.

        Baca Juga: Anies Baswedan: Indonesia saat Ini Penuh dengan Ketidakadilan

        “Dia (Fahri Hamzah) mengatakan, tidak bisa kapasitas yang besar digunakan untuk komunitas kecil itu, meski tanpa merendahkan komunitas itu, saya paham maksud beliau, saya harus kembali ke medan pertempuran,” ujar Neno dikutip dari laman partaigelora.id, Kamis (2/11/23).

        Neno mengaku akhirnya luluh dan mau masuk Partai Gelora, lagi-lagi faktor usaha Fahri Hamzah berperan besar dalam keputusan ini.

        Menurutnya, ada kata-kata dari Fahri Hamzah yang membuatnya tersadar dan terketuk hatinya untuk kembali terjun ke politik.

        “Saat itu Pak Fahri mengatakan, saya tidak harus memilih Partai Gelora untuk kembali berjuang. Terjun dan ambillah, tolonglah masyarakat, tidak harus Gelora, bunda. Dengan partai besar sekalipun, kalau bunda pilih silakan, yang penting kembali berjuang. Jadi kerelaan Pak Fahri itu membuat saya terketuk, membuat saya akhirnya berpikir. Itulah kecerdasanya Pak Fahri, karena dia tahu, saya tidak bisa dibeli dengan apapun,” tandasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bayu Muhardianto
        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: