Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gibran bin Jokowi Tunjukkan Kekurangan Mencolok saat Debat Cawapres

        Gibran bin Jokowi Tunjukkan Kekurangan Mencolok saat Debat Cawapres Kredit Foto: Ist
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pakar kebijakan publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat menyoroti penampilan Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka bin Jokowi di Debat Cawapres yang berlangsung pada Minggu (21/1/24).

        Anak presiden Jokowi itu menurut Achmad belum matang dan berada di level tebak-tebakan anak sekolah.

        Menurut Achmad, dalam pembuatan kebijakan, kemampuan untuk memahami persoalan dengan cara pandang yang strategis bukanlah opsi, melainkan keharusan. Menurutnya, seorang policy maker yang efektif harus mampu menembus permukaan masalah dan melihat gambaran besar, mengidentifikasi akar permasalahan dan potensi solusi jangka panjang.

        "Ini bukan hanya tentang mencari solusi, tapi membangun strategi yang berkelanjutan dan menciptakan dampak positif yang luas," ujar Achmad Nur, Senin (22/1/2024).

        “Penampilannya (Gibran) dalam debat terakhir menunjukkan kekurangan yang mencolok. Sebagai contoh, ketika Gibran menyentuh soal litium. Pertanyaannya tidak jelas arah dan tujuannya dalam konteks kebijakan nasional. Ini mencerminkan kurangnya pemahaman substansial tentang isu yang dibahas," kata Achmad.

        Baca Juga: Pernah Melayani Jokowi, Cak Imin Hubungi Tom Lembong Usai Debat Cawapres

        Dia menilai, perilaku Gibran menunjukkan kecenderungan lebih mengutamakan gimmick ketimbang substansi. Ini seperti permainan anak sekolah daripada debat serius tentang masa depan bangsa.

        Achmad menambahkan, sikap Gibran yang cenderung tengil dan kurang menghargai etika debat kebijakan, seperti yang diperlihatkan dalam interaksi dengan Muhaimin dan Mahfud MD, menunjukkan kekurangan dalam kematangan dan pemahaman etika politik.

        "Gibran, dalam debat ini, tidak hanya gagal menunjukkan dirinya sebagai sosok pemimpin yang matang, tetapi juga sebagai seseorang yang belum cukup serius dalam berkontribusi pada diskusi kebijakan publik," ungkapnya.

        Menurutnya, kepemimpinan membutuhkan lebih dari sekadar kemampuan untuk menarik perhatian; tapi juga perlu kedalaman, kematangan, dan komitmen terhadap substansi.

        "Dari apa yang telah kita saksikan, Gibran masih jauh dari itu. Sebagai masyarakat, kita harus meminta lebih dari calon pemimpin ke depan. Indonesia butuh sosok yang matang, tidak karbitan, bukan sekadar karena anak dari presiden, tetapi juga memiliki kebijaksanaan, pengetahuan, dan kematangan untuk membawa negara kita maju. Sayangnya, dalam debat terakhir ini, Gibran menunjukkan bahwa dia masih lebih memprioritaskan gimmick daripada substansi yang sebenarnya," tambahnya.

        Baca Juga: Prabowo Singgung Soal Internet dan Otak Lambat, Ganjar Pranowo Apresiasi Pekerja Kreatif yang Manfaatkan Internet: Mereka Bukan Orang Bodoh!

        Sementara itu, Wakil Komandan Tim Fanta Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Anggawira mengungkapkan Gibran sebagai satu-satunya kandidat yang menguasai data terkait tema debat capres-cawapres ronde keempat. Adapun tema debatnya adalah Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa.

        “Sejak awal Mas Gibran itu yang paling komprehensif dalam menyampaikan narasi secara kualitatif dan kuantitatif. Misalnya terkait energi, hilirisasi, industrialisasi yang ujungnya adalah membuka 19 juta lapangan pekerjaan baru. Dan yang diuntungkan tentu generasi muda. Itu kunci utamanya,” kata Anggawira, Senin (22/1/24). 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bayu Muhardianto
        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: