Kasus Bullying di Binus School, Ahmad Sahroni: Sekolah Pasti Tahu, tapi Pura-Pura Nggak Tahu!
Ramai di media sosial, seorang siswa SMA Binus di Serpong, Tangerang Selatan, diduga jadi korban bullying, atau perundungan oleh geng sekolah hingga harus dirawat di rumah sakit.
Corporate PR Binus University, Haris Suhendra, Senin (19/2), pun membenarkan bahwa kasus ini melibatkan sejumlah siswa, termasuk anak artis Vincent Rompies.
Terpisah, di hari yang sama, Kasatreskrim Polres Tangsel, AKP Alvino, menyebut pihaknya kini tengah menindaklanjuti kasus tersebut.
Kasus ini pun lantas turut mendapat sorotan tajam dari Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni. Politikus Partai NasDem tersebut meminta pihak kepolisian untuk memanggil dan memproses semua pihak, tanpa terkecuali.
Sahroni yang juga legislator dari DKI Jakarta itu juga menegaskan bahwa kasus bullying ini adalah masalah darurat yang terjadi pada pelajar, apapun latar belakangnya.
“Ini bukan pertama kalinya saya speak up terkait bullying. Hal ini karena saya melihat betapa bullying ini sudah mewabah di kalangan pelajar. Kalau dulu identiknya bullying terjadi pada anak-anak dengan latar belakang premanisme, kini kita temukan, bullying juga terjadi di sekolah internasional. Dalam hal ini, peran sekolah menjadi penting sekali dalam mencegah bullying. Dan saya yakin sebenarnya sekolah pasti tahu bahwa ada kelompok anak-anak sok jagoan di lingkungannya. Ya tapi mereka pura-pura tidak tahu saja sampai akhirnya terjadi bullying seperti ini,” ujar Sahroni dalam keterangannya hari ini (20/2).
Karena itu, ketegasan polisi dalam menindak kasus ini dinilai Sahroni akan sangat penting dalam menunjukkan keseriusan negara memutus rantai bullying.
Karena menurutnya, kasus-kasus bullying sudah sangat meresahkan dan tidak semua dapat viral. Maka, kasus ini harus diselesaikan dengan tegas agar menjadi contoh dan pelajaran bagi semua.
“Bubarkan geng-geng yang sok kuat. Buka posko aduan di sekolah, baik negeri maupun swasta. Kerjasama dengan pihak sekolah untuk selalu memantau bibit-bibit munculnya bullying. Jadi polisi harus bisa membongkar semua dengan sangat tegas. Karena sudah saatnya kita serius memutus rantai bullying di ranah pendidikan. Jadi, jangan anggap remeh kasus ini,” tambah Sahroni.
Terakhir, Sahroni tidak ingin restorative justice menjadi opsi utama dalam penyelesaian kasus ini. Karena menurutnya, untuk memutus rantai bullying, perlu adanya bentuk tanggung jawab hukum dan ketegasan yang lebih.
“Penyelesaian dengan restorative justice boleh-boleh saja, tapi bukan jadi opsi yang utama. Kita lihat dahulu sejauh apa perbuatan mereka selama ini,” tutup Sahroni.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: