PT PLN (Persero) meresmikan Hydrogen Refueling Station (HRS) yang bertempat di Senayan, Jakarta Selatan.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan, peresmian HRS ini merupakan pilot project atau proyek pendahuluan untuk rangkaian proyek hidrogen.
"Ini hanyalah sebagai pilot project dengan tujuan bagaimana kami bisa mendalami visibility secara teknis, visibility secara operasional, visibility secara komersial, dan nanti juga regulasinya seperti apa," ujar Darmawan dalam peresmian Hidrogen Refueling Station di Senayan, Rabu (21/2/2024).
Darmawan mengatakan, dalam HRS ini teknologi yang digunakan adalah green hydrogen yang menggunakan fuel cells. Ia memastikan bahwa PLN siap mendukung green transportation transformation baik itu EV maupun fuel cells.
Baca Juga: PLN Kebut Pengembangan EBT dari Hulu ke Hilir Hingga Green Hydrogen
"Nah untuk itu kami bangga beberapa bulan yang lalu kami sudah meresmikan produksi hidrogen yang ada di Muara Tawar, Muara Karang, dan juga Tanjung Priuk," ujarnya.
Ia menyebut bahwa, biaya operasional kendaraan yang menggunan sumber energi hidrogen dinilai lebih murah bila dibandingkan dengan sumber energi lainnya seperti sumber energi fosil atau Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Coba bandingkan dengan biaya menggunakan BBM Rp 1.300 per km. Ini yang jelas adalah satu kalau BBM ada sebagian yang diimpor. Kalau ini semuanya produk dalam negeri. Kalau BBM itu harganya mahal Rp 1.300 per km. Ini jauh lebih murah yaitu hanya sekitar Rp 270 sekian per km atau Rp 300 saja per km," ucapnya.
Baca Juga: Kementerian ESDM Ungkap Besarnya Potensi Green Hydrogen di Indonesia
Lanjutnya, energi hidrogen yang digunakan itu tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca sama sekali. Dengan begitu dia mengatakan energi BBM yang saat ini masih sebagian diimpor akan bergeser menjadi energi yang sepenuhnya dihasilkan di domestik.
"Energi dengan emisi gas rumah kaca tinggi menjadi emisi gas rumah kaca yang sangat rendah. Alangkah indahnya bagaimana transisi energi, transisi juga transportasi yang tadinya berbasis pada fossil fuel. Menjadi renewable energy yang jauh lebih murah. Bisa terjadi dengan adanya pilot project ini," ungkapnya.
Adapun, penurunan emisi yang bisa dicapai dengan menggunakan sumber energi hidrogen mencapai 4,15 juta ton CO2 per tahun.
"Transportasi yang tadinya berbasis pada fossil fuel Yang mahal. Yang emisi gas rumah kacanya itu sangat tinggi. Bisa kita melakukan pilot project bergeser menjadi yang berbasis pada energi baru terbarukan. Yang lebih murah. Yang emisi gas rumah kacanya juga jauh lebih rendah," ujar Darmawan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Annisa Nurfitri