Parlemen Uni Eropa hampir setiap tahun rutin mengeluarkan resolusi perihal sawit dan larangan biodiesel berbasis sawit. Adapun dalihnya selalu sama. Yakni perkebunan kelapa sawit dinilai masih menciptakan banyak masalah dan pekerjaan rumah (PR) seperti deforestasi, korupsi, pekerja anak, hingga pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Presiden Direktur Agro Investama Group, Petrus Tjandra angkat bicara perihal isu tersebut.
Dia tidak menampik bahwa isu sawit di Indonesia tidak selamanya "suci". Dirinya juga tidak menampik bahwa desakan Uni Eropa perihal sawit tersebut lantaran kalah bersaing dengan Indonesia yang merupakan produsen sawit terbesar.
“Ekonom mengatakan karena Eropa kalah bersaing. Itu namanya kita tidak berkaca atau buruk muka cermin dibelah. Betul Eropa kalah bersaing karena tidak ada minyak yang seekonomis sawit,” tuturnya, kepada Warta Ekonomi.
Petrus juga menjelaskan bahwa kekhawatiran Uni Eropa tersebut sebenarnya bisa dijelaskan. Desakan atas isu deforestasi dan emisi karbon pun sebenarnya bisa dijelaskan secara rinci dan logis.
“Kalau soal persaingan, betul. Kita juga ada salah, kita mengaku. Saya bicara kepada mereka di setiap forum. Betul kita memotong hutan 16 juta hektare. Namun hutan yang mereka tebang di Amerika atau Eropa itu lebih banyak,” tegasnya.
Hal tersebut juga diperkuat oleh kajian dari Peneliti Pusat Litbang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Chairil Anwar Siregar, yang menulis bahwa ada pemahaman keliru apabila penyebab deforestasi ditujukan kepada industri sawit. Pasalnya, penyebab utama deforestasi bukanlah sawit.
Baca Juga: Petrus Tjandra: Butuh Revolusi di Bidang Sawit
Chairil pun menegaskan bahwa hanya 4% dari seluruh kerusakan hutan di Indonesia yang digunakan untuk lahan perkebunan sawit.
Petrus pun berkelakar bahwa isu deforestasi dan emisi karbon tersebut adalah isu lama yang dibawa kembali ke forum oleh Uni Eropa.
“Salahnya kita nebangnya telat. Waktu dia (Uni Eropa) nebang belum ada soal perubahan iklim, global warming, dan lain-lain. Jadi waktu dia potong belum dosa. Pas kita potong dosa. Itu masalahnya,” sambungnya.
Putra daerah Lampung itu pun menyebut bahwa dari sekian isu soal sawit, sebenarnya bisa diatasi dengan mudah dan keterlibatan bersama seluruh pihak. Salah satunya adalah dengan menggandeng para peneliti dan ahli di bidangnya.
“Tanaman sawit ini menyerap karbon lebih banyak dibanding tanaman seperti sun flower, dan sebagainya. Lebih banyak. Malah para peneliti dan ahli mengatakan bahwa kebun sawit itu adalah karbon deposit. Jadi kebun ini karbon deposit,” ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: