Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Petrus Tjandra: Butuh Revolusi di Bidang Sawit

Petrus Tjandra: Butuh Revolusi di Bidang Sawit Kredit Foto: Uswah Hasanah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sektor kelapa sawit merupakan sektor yang paling strategis di Indonesia. Pasalnya, sektor ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan ekspor dan neraca perdagangan. Kendati merupakan sektor yang paling strategis, namun banyak tantangan yang harus dihadapi agar sektor ini terus berkelanjutan. Salah satunya adalah kesejahteraan petani.

Presiden Direktur Agro Investama Group, Petrus Tjandra, menawarkan konsep bahwa petani sawit berhak sejahtera. Menurut Petrus, posisi petani sawit di Indonesia sangat lemah padahal ada 41% petani pemilik lahan sawit dan 17 juta orang yang hidup dari sektor sawit ini.

Di sisi lain, Petrus menyoroti lembaga terkait yang perlu serius dalam membenahi masalah kesejahteraan para petani sawit ini.

“Enggak ada satu badan yang benar-benar mengerti dan punya otoritas (terhadap sawit), ada yang mengerti tapi nggak punya otoritas, yang punya otoritas, kurang mengerti. Jadi harus ada (lembaga/badan) yang punya otoritas, dan sekaligus yang mengerti,” ucapnya kepada Warta Ekonomi, Kamis (14/6/2024).

Tantangan membenahi kesejahteraan petani sawit tak sampai di situ saja. Petrus menjabarkan ada banyak inefisiensi yang begitu besar dalam sektor sawit serta para petaninya. Salah satunya adalah petani yang tidak berhak pupuk subsidi.

“Sawit itu pohon yang paling jujur. Di pupuk, dia buah, ga dipupuk, layu. Maka kadang-kadang orang itu tidak berperi kesawitan. Buahnya diambil, eh ga dipupuk. Tapi gimana mau memberi pupuk? Beli makan saja susah? Apalagi pemerintah membuat ketentuan untuk menganggap potensi sawit ini sudah kaya? Tidak berhak memberi pupuk subsidi,” sambungnya.

Hal tersebut tentu ironis dan tak selaras dengan langkah pemerintah untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor perkebunan sawit. Pasalnya, hingga tahun 2023 lalu, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) diketahui menyalurkan dana senilai Rp435,67 miliar kepada 6.265 mahasiswa penerima beasiswa dan 14.929 orang yang mengikuti pelatihan. 

Baca Juga: Petani Dilatih Budidaya, Kelapa Sawit Terus Jadi Sektor Perkebunan Menguntungkan

Kemudian, dana senilai Rp613,32 miliar digelontorkan BPDPKS untuk riset yang melibatkan 1.202 peneliti dan 88 lembaga riset. Akan tetapi, hal tersebut seolah menjadi buaian manis belaka lantaran masih banyak petani sawit yang kurang berdaya.

Di sisi lain, solusi yang ditawarkan BPDPKS untuk menanam kembali (replanting) kebun sawit yang tua pun dianggap tidak menguntungkan para petani walaupun lembaga tersebut sudah menyiapkan dana untuk itu. Pasalnya, para petani masih ragu dan menganggap pohon sawit yang mereka miliki masih menghasilkan uang.

Alhasil, Petrus pun menyinggung bahwa diperlukan keberanian untuk memulai satu revolusi di bidang sawit. Adapun caranya yakni meyakinkan dan menjamin kesejahteraan para petani.

 “Jadi saya katakan kalau kita ini mau membuat satu revolusi di bidang sawit, satu kita harus berani atau bisa meyakinkan petani atau menjamin petani, kalau kamu mau tebang sawitmu, kamu tidak akan kelaparan. Saat ini yang terjadi apa? Buah sawit rakyat yang murah itu dioplos, digabung. Seleksinya susah,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: