Utang luar negeri (ULN) Indonesia ke China meningkat signifikan selama 10 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo. Per Mei 2024, utang Indonesia ke Cina mencapai 22,86 miliar dolar AS atau setara dengan Rp372,3 triliun dengan kurs Rp16.288 per dolar AS.
Sementara itu, total utang luar negeri Indonesia pada periode yang sama sebesar 407,3 miliar dolar AS atau setara dengan Rp6.634,1 triliun, naik 0,8% year-on-year dari 4,24 miliar dolar AS pada Mei 2023 serta naik 2,1% dari 398,82 miliar dolar AS secara month-to-month.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, menyampaikan bahwa meskipun utang luar negeri Indonesia meningkat, struktur utang tetap sehat berkat penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Rasio utang luar negeri terhadap PDB tercatat sebesar 29,8% dan didominasi oleh utang jangka panjang yang mencapai 85,9% dari total utang.
Data statistik ULN milik Bank Indonesia mencatat bahwa utang pemerintah ke China memang hanya 5,6% dari total utang Indonesia, namun terjadi kenaikan sebesar 190% dalam 10 tahun terakhir.
Lonjakan utang ke China mulai terpantau pada 2015, tahun pertama pemerintahan Jokowi, dengan nilai 13,66 miliar dolar AS dari semula 7,87 miliar dolar AS pada 2014. Kenaikan ini disebabkan oleh utang luar negeri untuk pembangunan sejumlah proyek seperti Waduk Jatigede di Jawa Barat, tol Medan-Kualanamu, dan kereta cepat Jakarta-Bandung.
Baca Juga: Rocky Gerung Sebut Prabowo Terus Kirim Sinyal untuk Dilantik di Jakarta
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung menjadi salah satu perhatian utama karena akhirnya menggunakan APBN untuk memberikan penjaminan atas utang tersebut. Kenaikan utang ini juga tercermin dalam posisi utang luar negeri menurut sektor ekonomi, dengan peningkatan signifikan di sektor konstruksi, transportasi, dan pergudangan.
Utang di sektor konstruksi naik menjadi 27,32 miliar dolar AS per Mei 2024 dari 19,36 miliar dolar AS pada 2014. Sementara itu, utang di sektor transportasi dan pergudangan juga naik menjadi 24,44 miliar dolar AS dari 13,07 miliar dolar AS pada 2014.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: