Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        89 Persen Film Vina Hanyalah Fiksi, Masalah Hukum Selesai

        89 Persen Film Vina Hanyalah Fiksi, Masalah Hukum Selesai Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kontroversi terkait film yang mengangkat kisah Vina kembali mencuat di publik. Meski film tersebut menarik perhatian banyak pihak, sejumlah tokoh masyarakat dan agama mengimbau agar tidak terlalu larut dalam polemik yang telah usai secara hukum. Mereka menekankan pentingnya menghormati almarhumah Vina dengan mendoakannya daripada memperdebatkan film yang dinilai banyak pihak sebagai fiksi.

        Ketua Presidium JARI '98, Willy Prakarsa, mengungkapkan bahwa 89 persen dari film tersebut hanyalah fiksi. 

        "Setelah saya amati dan cermati, 89 persen dari film itu adalah fiksi. Kalau sekarang di media mengangkat film itu, saya dan kawan-kawan sebagai aktivis apresiasi para pekerja seni, tapi kejadiannya sudah lama dan secara yuridis sudah selesai, tak perlu diungkit atau dibahas," jelas Willy dalam acara diskusi, Senin (5/8/2024).

        Menurut Willy, membahas kasus yang telah tuntas hanya akan membuang tenaga, pikiran, dan waktu. "Orang yang sudah almarhumah kita angkat-angkat kembali, malah seperti pepesan kosong. Idealnya, kita doakan bersama almarhumah," tambahnya.

        Pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayah Cisantri Pandeglang Banten, Abuya Asep Nafis Imron Bustomi, juga angkat bicara mengenai fenomena ini. 

        "Kasus Vina ini mungkin bermula dari seseorang yang kesurupan kemudian viral karena adanya film. Kalau orang yang kesurupan itu, roh orang yang sudah meninggal tidak mungkin masuk ke dalam tubuh orang yang masih hidup. Yang masuk ke tubuh manusia adalah golongan jin," ujar Abuya Asep.

        Abuya Asep menekankan bahwa fenomena kesurupan tidak bisa dijadikan alat bukti dalam kasus ini. Untuk itu sebaiknya doakan saja almarhumah Vina. "Orang kesurupan tidak bisa dijadikan petunjuk atau referensi. Ini adalah jenis setan yang pengangguran," tegasnya.

        Sementara itu, KH. Abu Hanifah, dai kondang asal Jakarta sekaligus pengasuh Ponpes Nurul Hijrah Kp Dukuh Kramat Jati Jakarta Timur, menambahkan bahwa setan selalu berusaha menggoda manusia dengan berbagai cara.

        "Setiap orang meninggalnya berbeda-beda, ada yang jatuh, tenggelam, atau sakit. Sedangkan setan ketika terlempar dari surga sudah bersumpah akan menggoda manusia," kata KH. Abu Hanifah.

        KH. Abu Hanifah juga menyatakan kekhawatirannya terhadap dampak film ini. Masyarakat diharapkan menghormati memori almarhumah dengan cara yang bijak dan penuh penghormatan. Mengingat kebaikan dan mendoakan almarhumah jauh lebih bermanfaat daripada terjebak dalam polemik yang tidak membawa kemaslahatan.

        "Film ini seharusnya tidak usah dibahas karena lebih berbahaya mengupas kejelekan-kejelekan yang sebetulnya tidak ada. Kita sebaiknya mengumumkan kebaikan-kebaikan orang yang sudah meninggal," tambahnya.

        Jadi ketiga tokoh tersebut sepakat bahwa fokus utama saat ini adalah mendoakan almarhumah Vina. Mereka mengingatkan bahwa memperdebatkan hal yang sudah tuntas hanya akan membawa dampak negatif bagi semua pihak.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: