Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Airlangga Klaim Ekonomi Indonesia Normal Meski Dunia Terancam Resesi

        Airlangga Klaim Ekonomi Indonesia Normal Meski Dunia Terancam Resesi Kredit Foto: Kemenko Perekonomian
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sepanjang triwulan II-2024, laju konsumsi rumah tangga melamban apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya. Kendati demikian, pemerintah masih mengklaim jika hal tersebut masih normal dan bukan cerminan dari daya beli warganya yang melemah.

        Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto, mengklaim jika pertumbuhahn ekonomi Indonesia yang masih mencapai 5,05% menunjukkan bahwa perekonomian dalam negeri masih relatif stabil dan kuat di tengah ketidakpastian fundamental ekonomi global.

        Baca Juga: Efeknya Ngeri, Indonesia Khawatir Amerika Serikat Alami Resesi

        Badan Pusat Statitistik (BPS) sebelumnya mengumumkan bahwa ekonomi Indonesia pada triwulan II-2024 atau pada periode April – Juni tumbuh 5,05% secara tahunan jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Sementara, jika dibandingkan dengan triwulan I-2024 atau secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi tumbuh 3,79 persen.

        Dilihat dari komponen pengeluaran, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,93 persen secara tahunan.

        Kendati tumbuh positif, namun konsumsi rumah tangga masih menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun-tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan, pada triwulan II-2023, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,22 persen. Demikian pula pada triwulan II-2022, konsumsi rumah tangga masih tumbuh tinggi di 5,52 persen.

        Menanggapi hal itu, Airlangga menganggap jika konsumsi rumah tangga yang tumbuh di bawah level 5 persen untuk tiga triwulan terakhir secara berturut-turut bukan sesuatu yang patut dikhawatirkan.

        Baca Juga: Soal Melemahnya Sektor Manufaktur, Menko Airlangga Klaim Ada Industri Oversupply

        “Pertumbuhan konsumsi 4,9 persen itu masih angka yang tinggi. Memang posisinya di bawah angka pertumbuhan nasional, tetapi tidak semua sektor bisa tumbuh di atas level pertumbuhan nasional,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/8/2024).

        Pertumbuhan Sektor Keuangan

        Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, mengungkapakan jika sektor jasa keuangan berperan sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi apabila dilihat dari sisi penyaluran pembiayaan terhadap berbagai sektor riil. Hal tersebut bisa terlihat dari penyaluran kredit perbankan pada Juni 2024 yang mencapai 12,36 persen secara tahunan.

        “Dari pertumbuhan itu, terbesarnya adalah untuk kredit investasi sebesar 15,09 persen, disusul kredit modal kerja 11,68 persen. Dua komponen kredit tersebut menunjukkan dukungan kepada mesin pertumbuhan di sektor riil. Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi sektor riil ke depan tetap kuat didukung oleh kredit perbankan,” katanya dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK, secara daring.

        Baca Juga: Melorot, Ekonomi RI di Triwulan II 2024 Hanya Tumbuh 5,05 Persen

        Selain sektor perbankan, perusahaan pembiayaan juga mencatatkan pertumbuhan 10,42 persen secara tahunan. Kinerja positif juga dialami sektor asuransi tecermin dari pertumbuhan premi asuransi komersial yang tumbuh 8,46 persen secara tahunan pada triwulan II-2024.

        Menurut Mahendra, kinerja positif bidang-bidang sektor jasa keuangan telah menopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2024. Lebih lanjut, kinerja tersebut turut menjadi landasan bagi pertumbuhan pada periode selanjutnya.

        Sektor jasa keuangan menurut Mahendra tetap terjaga stabil kendati menghadapi ketidakpastian global akibat meningkatnya tensi perang dagang dan geopolitik. Akan tetapi, sektor jasa keuangan masih didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai.

        Meskipun demikian, pihaknya meminta seluruh lembaga jasa keuangan mencermati faktor-faktor risiko yang berpotensi terjadi atas berbagai dinamika global tersebut.

        Baca Juga: Pakar Nilai Kenaikan Cukai Rokok Bisa Sakiti Ekonomi

        “Kinerja sektor jasa keuangan keseluruhan terjaga baik. Ke depan, pertumbuhan kredit, pembiayaan, investasi, penghimpunan dana di pasar modal, dan pertumbuhan asuransi akan mendukung investasi dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi sektor riil,” ujar Mahendra.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: