Pemerintah Indonesia terus memantau dinamika ekonomi global yang tengah diancam oleh resesi. Pihaknya tenga mewaspadai kemungkinan hal tersebut dialami oleh negara-negara besar dunia termasuk Amerika Serikat (AS).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengatakan bahwa jika negara dengan julukan paman sam tersebut mengalami resesi, efeknya turut bisa dirasakan oleh Indonesia.
Baca Juga: Melorot, Ekonomi RI di Triwulan II 2024 Hanya Tumbuh 5,05 Persen
“Tentu kita terus monitor karena kalau kita lihat tingkat suku bunga kita dibandingkan inflasi gap-nya agak tinggi," kata Airlangga, dilansir pada Selasa (06/08/2024).
Salah satu efek yang perlu diwaspadai adalah keluarnya aliran modal dari pasar domestik ke AS. Hal tersebut juga menimbang tingkat suku bunga domestik yang masih lebih tinggi dari laju inflasi. Adapun Bank Indonesia (BI) saat ini masih mempertahankan suku bunga di level 6,25%.
“Kita berharap bahwa tingkat suku bunga mereka di kuartal IV bisa turun walaupun belum ada yang menjamin," ujarnya.
Sebelumnya, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed mempertahankan suku bunganya pada level 5,25% hingga 5,5%.
"Inflasi telah mereda selama setahun terakhir tetapi masih terbilang tinggi. Dalam beberapa bulan terakhir, ada beberapa kemajuan lanjutan menuju target inflasi 2 persen yang dicanangkan Komite," sebut Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC).
Baca Juga: Pimpin Ratas RAPBN 2025, Presiden Jokowi: Waspadai Risiko Ekonomi Global
Komite tersebut menegaskan pihaknya tidak memperkirakan bahwa situasi akan kondusif untuk menurunkan kisaran target sampai mereka merasakan keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan ke angka 2%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement