Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Asal Usul Cokelat, Perlu Keliling Dunia Sebelum Hadir di Indonesia

        Asal Usul Cokelat, Perlu Keliling Dunia Sebelum Hadir di Indonesia Kredit Foto: Unsplash/Lous Hansel Shots
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sebelum menjadi santapan favorit banyak orang, cokelat sudah menempuh perjalanan yang cukup panjang. cokelat yang dihasilkan dari hasil olahan biji kakao ini mempunyai akar sejarah yang mendalam di wilayah Mesoamerika.

        Masyarakat kuno di wilayah Mesoamerika memanfaatkan biji kakao sebagai bahan utama pembuatan minuman serta berbagai ritual keagamaan maupun sosial mereka. Cokelat, pada masa itu, tidak hanya berfungsi sebagai makanan saja, melainkan juga menjadi simbol kekayaan dan status di kalangan bangsawan.

        Baca Juga: Ikhtiar Memperbaiki Tata Kelola Industri Kakao, Jangan Sampai Tumbalkan Sawit!

        Dalam karya mereka yang berjudul The True History of Chocolate, dikutip Warta Ekonomi, Rabu (7/8/2024), Sophie dan Michael Coe mencatat bahwa konsumsi cokelat pertama kali terungkap melalui bukti linguistic dari tiga hingga empat millennium lalu di Mesoamerika pra-Kolombia, seperti Olmec.

        Biji kakao digunakan tidak hanya sebagai minuman saja, tetapi bahan tambahan dalam pembutaan minuman beralkohol dan obat-obatan. Hal ini diketahui berdasarkan penemuan di Puerto Escondido, Honduras, pada 1100 – 1400 SM.

        Lebih lanjut, penelitian juga dilakukan terhadap tembikar dari suku Maya kuno di Rio Azul, Guatemala Utara. Masyarakat di sana mulai mengonsumsi cokelat dalam bentuk cair berbuih yang diberi taburan lada merah, vanilla, atau rempah lainnya sekitar tahun 450 – 500 SM.

        Sementara itu, di Eropa cokelat pertama kali dikenalkan ke Spanyol sekitar tahun 1544 Masehi. Kala itu, delegasi Kekchi dari Guatemala membawa minuman cokelat sebagai hadiah kepada istana Spanyol. Inilah cikal bakal cokelat dikenal di dunia.

        Cokelat pada awalnya tidak diterima dengan baik lantaran rasanya yang pahit. Akan tetapi, setelah ditambahkan madu atau gula, cokelat menjadi minuman manis yang diterima dengan antusias.

        Pada abad ke-17, cokelat pun mulai dikenal sebagai minuman penyegar yang mulai populer di Istana Spanyol dan secara perlahan menyebar di kalangan elit Eropa.

        Baca Juga: BPDPKS Diyakini Bisa Mengembalikan Masa Emas Kakao Indonesia

        Kemudian, pada 1847, barulah ditemukan cokelat padat. Orang Eropa menyingkirkan hampir semua rempah-rempah yang ditambahkan oleh orang Mesoamerika ke dalam cokelat, hanya mempertahankan vanila karena cita rasanya yang khas. 

        Selanjutnya, pada abad ke-19, industri cokelat mengalami revolusi penting yang mengubah cara kita menikmati cokelat hingga saat ini. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah pengembangan cokelat batang modern, berkat kontribusi besar dari Dutch Cocoa yang dikembangkan oleh Coenraad Johannes van Houten. 

        Van Houten, seorang ahli kimia asal Belanda, menciptakan metode pemurnian kakao yang dikenal sebagai dutch process atau proses Belanda. Metode ini melibatkan penggunaan alkali untuk mengurangi kepahitan cokelat dan menghasilkan bubuk kakao yang lebih halus serta lebih larut dalam cairan.

        Baca Juga: BPDPKS Disuruh Urus Kakao dan Kelapa, Pengusaha Ketar-Ketir!

        Setelahnya, inovasi besar lain muncul ketika Joseph Fry, seorang pembuat cokelat Inggris, menguji metode baru dengan mencampurkan lemak cokelat kembali dengan Dutch Cocoa. Dari uji coba ini, Fry berhasil membuat pasta cokelat yang cukup padat untuk dicetak, sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. 

        Dari sini terwujudlah cokelat batang modern pertama. Penemuan ini bukan hanya mempermudah pembuatan cokelat dalam bentuk batangan, tetapi juga membuka jalan bagi inovasi dan variasi produk cokelat yang kita nikmati sekarang. 

        Lantas, Bagaimana Perkembangan Cokelat di Indonesia?

        Di Indonesia, cokelat bermula lantaran dibawa oleh pelaut Spanyol yang membawa dan mengenalkan tanaman kakao pada tahun 1560. Saat itu mereka tengah menjelajahi jalur Filipina dan tiba di Sulawesi Utara untuk mencari rempah-rempah di Nusantara.

        Mereka menanam biji kakao jenis Criollo dari Venezuela untuk ditanam di Sulawesi Utara. Sayangnya, produksi kakao di sana kurang baik lantaran serangan hama dan penyakit. Akhirnya, para pelaut berpindah ke Pulau Jawa sekitar tahun 1806 dan mulai diperkenalkan.

        Tanaman kakao jenis Forastero pada tahun 1880 pun mulai diperkenalkan di Indonesia. Jenis kakao ini pun berasal dari Venezuela yang memiliki ketahanan lebih baik terhadap hama dibandingkan dengan Criollo meskipun rasa dan aroma dari kakao Forastero tidaklah sebaik Criollo.

        Baca Juga: BPDPKS Diminta Jokowi Urus Kakao dan Kelapa, Tak Hanya Sawit

        Kemudian, Dr. C.J.J. Van Hall pada tahun 1914 menulis buku yang membahas tentang kakao Indoensia yang pertama kali muncul di tanah nusantara. Bersama dengan MacGilliyray dan Van Der Knaap, mereka meneliti secara giat dan melakukan seleksi guna mendapatkan bahan tanam unggul maupun klon induk pada awal pertanaman cokelat di Indonesia. budidaya kakao di Indonesia pun mulai mengalami peningkatan pesat pada tahun 1983 hingga saat ini.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Uswah Hasanah
        Editor: Aldi Ginastiar

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: