- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Indonesia dan Jerman Gelar ISEW 2024: Fokus pada Transisi Energi dan Net Zero Emission
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jerman resmi menggelar Indonesia Sustainability Energy Week (ISEW) di Jakarta, pada 10 hingga 13 September 2024. Acara ini mengusung tema "United Towards a Sustainable Future: Advancing the Energy Transition for Indonesia Emas and Net Zero Emissions" dan bertujuan memperkuat kerja sama kedua negara dalam mendorong transisi energi.
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eniya Listiani Dewi menyampaikan pihaknya tengah menyiapkan draft Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) baru. Pada draft RUPTL tersebut akan menargetkan lebih dari 367 Giga Watt (GW) energi baru terbarukan (EBT) pada 2060, dengan porsi variabel energi terbarukan dengan penyimpanan energi mencapai 42%.
”Ada banyak kendala tentang bagaimana memanfaatkan proyek besar ini yang memiliki peluang yang sangat besar, sekitar 3,6 terawatt, tetapi kami masih memiliki kurang dari 0,5%. Sebenarnya 0,3% yang sekarang telah dimanfaatkan. Baru sekitar 14 gigawatt yang telah dimanfaatkan dari energi terbarukan dalam sistem kita,” ujar Eniya dalam sambutannya.
Baca Juga: PLN Segera Operasikan PLTA Jatigede 2x55 MW, Dukung Energi Bersih dan NZE 2060
Eniya berharap lewat forum semacam ini dapat meningkatkan kualitas kerja sama Indonesia dan Jerman di sektor energi yang telah berlangsung lebih dari 30 tahun. Yakni, meningkatkan utilisasi energi baru terbarukan sejalan dengan agenda transisi energi menuju Net Zero Emission di tahun 2060 atau lebih cepat.
Hingga tahun 2030 Indonesia ujar Eniya membutuhkan dana senilai Rp 216 triliun atau 14 bilion USD. Hal ini untuk mengejar target renewable energy sebesar 8,2 GW, yang mana selama ini, belum tercapai oleh PLN.
”Pemerintah Jerman, waktu itu (bersama) Kementerian ESDM sudah bertemu dan kita berharap, semua pendanaan dari Pemerintah Jerman, bisa kita koordinasikan, dan itu tepat menggunakannya. Saya berterima kasih juga kepada pihak Jerman yang selama ini sangat membantu dalam berbagai konteks regulasi kita, lalu pilot-pilot project kita, dan itu kita harapkan bisa lebih banyak lagi,” lanjut Eniya.
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Kementerian PPN/Bappenas Ervan Maksum pada kesempatan yang sama menyampaikan percepatan transisi energi berkeadilan merupakan kunci pencapaian Indonesia Emas 2045.
“Kita perlu mendorong proses transisi energi berkeadilan. Penyediaan listrik yang rendah karbon menjadi solusi untuk pembangunan regional. Membangun sistem transmisi yang andal dan mampu mengakomodasi energi terbarukan di luar Pulau Jawa merupakan hal penting untuk mendorong pemerataan,” jelas Ervan.
Wakil Kepala Misi, Kedutaan Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste Thomas Graf mengungkapkan perjalanan transisi energi Indonesia mendapat dukungan dan sokongan dari banyak negara, termasuk Jerman.
“Jerman termasuk negara yang berkomitmen menyediakan pendanaan transisi energi dalam kerangka Just Energy Transition Partnership (JETP). Sejauh ini, Jerman telah memberikan kontribusi sekitar USD 1 miliar untuk proyek di JETP, dan sekitar USD 2,4 miliar untuk memperkuat sektor energi yang berkelanjutan di Indonesia,” kata Thomas.
Direktur Program Energi GIZ Indonesia/ASEAN, Lisa Tinschert mengungkapkan bahwa ISEW 2024 menjadi momen penting untuk memperkuat kemitraan strategis antara Indonesia dan Jerman, khususnya dalam bidang transisi energi yang berkelanjutan.
GIZ berkomitmen untuk terus mendukung upaya pemerintah Indonesia dalam mencapai target energi terbarukan dan emisi nol bersih. Kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat sipil, adalah kunci dalam memastikan bahwa transisi ini berlangsung adil dan inklusif.
Baca Juga: PLN Terus Kembangkan Hidrogen Untuk Energi Baru Masa Depan
ISEW 2024 memiliki tiga tujuan utama yakni, menjadi forum pertemuan tingkat tinggi antara Pemerintah Indonesia dan Jerman untuk mendukung transisi energi global dan nasional. Menjembatani pembuat kebijakan dengan masyarakat, termasuk organisasi masyarakat sipil, akademisi, generasi muda, dan pemangku kepentingan non-energi. Meningkatkan kesadaran akan teknologi berkelanjutan di kalangan masyarakat, sektor swasta, dan komunitas.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR), Fabby Tumiwa, menyatakan terdapat empat faktor yang perlu ada untuk mempercepat transisi energi, yaitu kebijakan yang mendukung investasi energi terbarukan, ketersediaan teknologi energi terbarukan, ketersediaan pendanaan, serta dukungan dan partisipasi masyarakat dan para pemangku kepentingan.
Fabby menambahkan, dalam proyek-proyek kerjasama antara Indonesia dan Jerman, IESR turut ikut berkolaborasi bersama dengan GIZ Indonesia dan Kementerian PPN/Bappenas dalam Project Clean, Affordable and Secure Energy (CASE) for Southeast Asia dan Sustainable Energy Transition Indonesia (SETI) bersama dengan GIZ Indonesia dan Kementerian ESDM dalam mengakselerasi transisi energi di Indonesia.
“Pemerintah perlu tetap konsisten dan berusaha sekuatnya mengejar target bauran energi terbarukan 23 persen pada 2025. Saat ini, salah satu strategi yang dikejar oleh pemerintah adalah penyelesaian purchase power agreement (PPA) atau Perjanjian Jual Beli Listrik untuk energi terbarukan antara pengembang dan PLN, serta percepatan implementasi PLTS atap. Dengan upaya-upaya ini diharapkan bisa mencapai target bauran energi terbarukan sebesar mungkin,” tutup Fabby.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat