KAA, Madagaskar Coba Bina Hubungan dengan Sektor Swasta Bidang Pariwisata
WE Online, Jakarta - Presiden Madagaskar Hery Rajaonarimampianina mengatakan pihaknya membuka peluang kerja sama pariwisata dengan Indonesia.
"Kenapa tidak? Kami mencoba membina hubungan antara sektor swasta di area ini," kata Rajaonarimampianina di Jakarta Convention Center, Kamis (23/4/2015).
Saat ini kedua negara telah membina hubungan kerja sama di bidang pertambangan. "Sektor swasta Indonesia di bidang itu telah ada di Madagaskar," imbuh Rajaonarimampianina. Selain berharap kerja sama yang telah terjalin akan menguat, Presiden Madagaskar juga mengatakan bahwa pihaknya ingin menambah kerja sama di bidang lain pada kesempatan yang akan datang,misalnya bidang pertanian.
Total perdagangan RI-Madagaskar pada 2014 baru mencapai 64 juta dolar AS, namun angka perdagangan kedua negara memperlihatkan tren peningkatan pada awal 2015. Komoditas ekspor Indonesia yang banyak masuk ke Madagaskar antara lain minyak sawit mentah (CPO), makanan, peralatan rumah tangga, elektronik dan suku cadang kendaraan.
Indonesia dan Madagaskar memiliki hubungan sejarah yang panjang. Berdasarkan sejumlah penelitian para antropolog, pulau yang berada di tenggara Benua Afrika itu pertama kali ditemukan dan dihuni oleh bangsa Nusantara pada zaman kerajaan Sriwijaya, atau kurang lebih 2.000 tahun sebelum masehi.
Para antropolog memperkirakan orang-orang Nusantara yang bermigrasi ke Madagaskar tidak hanya dari satu pulau, melainkan berasal dari banyak suku. Orang-orang Nusantara itu berkampung di Kalimantan, Sulawesi, dan juga Jawa. Mereka bermigrasi membawa diri, perbekalan, kultur budaya, bahasa, dan juga kepercayaan.
Dari segi bahasa, Madagaskar juga memiliki kemiripan lewat susunan aksara maupun pelafalan. Dalam Malagasi, sebutan bilangan dua hingga lima dilafalkan rua, telu, efat, dan limi. Mirip dengan bahasa Indonesia maupun bahasa daerah di Indonesia.
Lantas kata anak, padi, mati, dan tembok, dalam Malagasi disebut anaka, maty, pary, dan tambuk. Tokoh sastra Indonesia Suardi Tasrif dalam "Pasang Surut Kerajaan Merina" mengatakan kemungkinan kebudayaan Malagasi merupakan campuran kebudayaan di Indonesia. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Achmad Fauzi
Tag Terkait: