- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Operasikan PLTU Sumsel-8, Perusahaan Kolab PTBA dan CHDHK Adopsi Teknologi Super Critical
PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Mulut Tambang Sumsel-8 (PLTU Sumsel-8) dengan kapasitas 2×660 MW.
Dalam pengoperasian PLTU tersebut, perusahaan hasil kerja sama antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan China Huadian Hongkong Company Ltd (CHDHK) ini mengadopsi teknologi super critical yang mampu menekan emisi dan mengurangi penggunaan bahan bakar batu bara.
Wakil Direktur Utama HBAP Dody Arsadian, dalam keterangan resminya mengatakan bahwa teknologi ini memungkinkan pemanasan air hingga suhu dan tekanan yang sangat tinggi.
Baca Juga: Kementerian ESDM Apresiasi Efisiensi dsn Kontribusi PLTU Banten 3 Lontar di Sistem Jamali
"Kondisi ini menyebabkan tidak adanya proses perubahan fase yang jelas (dari air ke uap) karena air selalu berada dalam keadaan superkritikal, yang artinya proses pemanasan dan penguapan terjadi secara terus-menerus,” ujarnya, dikutip Kamis (14/11).
Dody juga menambahkan, “Penggunaan teknologi tersebut sejalan dengan visi jangka panjang HBAP menjadi penyedia tenaga listrik kelas dunia yang terpercaya dan berorientasi kepada nilai-nilai keberlanjutan."
Keunggulan teknologi super critical membuat PLTU ini lebih efisien dan ramah lingkungan dibandingkan PLTU konvensional karena mampu menghasilkan energi lebih banyak dengan bahan bakar lebih sedikit.
“Teknologi ini lebih efisien dan ramah lingkungan dibandingkan dengan PLTU konvensional karena mampu menghasilkan lebih banyak energi dengan bahan bakar lebih sedikit,” ungkap Dody.
Baca Juga: Jadi Biang Kerok Emisi, IESR Dorong Pemerintah Tetapkan Peta Jalan Pensiun Dini PLTU
Selain itu, pembangkit listrik yang juga diberi nama PLTU Tanjung Lalang ini dilengkapi dengan Electrostatic Precipitator (ESP) untuk menangkap partikel debu dari gas buang menggunakan prinsip elektrostatis, dan teknologi Flue Gas Desulphurization (FGD) yang menurunkan kadar sulfur dioksida (SO₂) melalui reaksi kimia dengan kapur basah (CaCO₃).
Abu hasil pembakaran batu bara, yakni Fly Ash dan Bottom Ash (FABA), saat ini juga sedang dikembangkan pemanfaatannya untuk bahan baku semen, material bangunan, media tanam, dan material pencegah air asam tambang. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya ekonomi sirkular dan keberlanjutan dalam pembangunan.
"PLTU Tanjung Lalang diharapkan dapat beroperasi lebih baik dan memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat, serta mendukung pemenuhan kebutuhan energi di sistem kelistrikan Sumatera," pungkas Dody.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri