Deputi Bidang Kordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi, Rachmat Kaimuddin menyatakan jika transisi energi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan Presiden Prabowo. Hal ini ia sampaikan pada gelaran Electricity Connect di JCC Senayan Jakarta, Jumat (22/11/2024).
Secara umum Rachmat menjelaskan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan lebih banyak investasi, peningkatan eskpor dan mengurangi impor.
Baca Juga: WJEF 2024, Kolaborasi BI Jabar dan Pemprov Dorong Transisi Energi dan Ekonomi Hijau Berkelanjutan
Untuk diketahui, hingga saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada energi fosil yang diperoleh secara impor. Minyak misalnya, 60% kebutuhan dalam negeri diperoleh secara impor. Dengan beralih ke transisi energi yang merupakan energi lokal maka tingkat ketergantungan itu bisa diturunkan.
”Kita mengimpor banyak energi, energi fosil. Kita mengimpor 60% dari minyak kita, yaitu minyak fosil. Jadi kita perlu mencari cara untuk beralih dari fosil ke energi lokal,” ucap Rachmat.
Selanjutnya lewat transisi energi Rachmat percaya dapat mendatangkan investasi lebih masif. ” kami telah bertemu banyak orang yang ingin berinvestasi di energi terbarukan di Indonesia. Jelas kita perlu memanfaatkannya. Kami juga melihat bahwa lebih banyak industri saat ini ingin menggunakan energi bersih,” lanjutnya.
Baca Juga: Melki-Johni Komitmen Perkuat Ekonomi Lokal dan Ciptakan Lapangan Kerja di NTT
Sementara itu, dalam gelaran COP 29 di Baku Azerbaijan, Rabu 13/11 lalu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang luar biasa besar, mencapai 3,6 terawatt hour (TWh). Namun, pemanfaatannya hingga saat ini baru mencapai 0,3%, atau sekitar 13.781 Megawatt (MW).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Aldi Ginastiar