Dolar Amerika Serikat (Dolar AS) mengalami penguatan pada penutupan perdagangan di Kamis (19/12). Meski terkoreksi, mata uang tersebut tetap menunjukkan potensi penguatan mengingat arah kebijakan dari Federal Reserve (The Fed).
Dilansir Jumat (20/12), indeks dolar menlonjak 0,21% menyentuh level 108,425. Hal ini menjadikan mata uang tersebut kembali menyentuh level tertingginya setelah kurang lebih dua tahun lamanya.
Baca Juga: Iwan Fals hingga The Changcuters Bakal Meriahkan Pameran Otomotif Awal Tahun, IIMS 2025!
Analis Monex Europe, Nick Rees memperkirakan bahwa ekspektasi pasar akan terus mendukung penguatan dolar dalam beberapa bulan ke depan. Hal ini juga tidak terlepas dari sejumlah faktor seperti data ekonomi terbaru.
Produk Domestik Bruto (PDB) AS Kuartal III tercatat tumbuh 3,1% atau lebih tinggi dari estimasi sebelumnya di angka 3%. Angka ini mencerminkan solidnya kekuatan ekonomi AS.
Klaim tunjangan pengangguran juga ikut turun ke 220.000. Hal ini mengindikasikan pasar tenaga kerja domestik yang sehat.
Baca Juga: Soal PPN 12 Persen, Bank Indonesia: Berdampak Minim ke Inflasi dan Ekonomi RI
Adapun The Fed semakin kuat dalam arahanya untuk tetap berhati-hati dalam memutuskan pemangkasan suku bunga. Data ekonomi yang kuat hingga penegasan bahwa kebijakan moneter akan lebih hawkish terus menjadi sentimen positif untuk dolar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar