Honda Motor dan Nissan Motor, dua produsen otomotif terbesar kedua dan ketiga di Jepang, resmi menandatangani memorandum of understanding (MoU) pada 23 Desember untuk menjajaki rencana penggabungan bisnis.
Mengutip Reuters, proses diskusi dijadwalkan berlangsung hingga Juni 2025, dengan target pembentukan perusahaan induk yang akan terdaftar di Bursa Efek Tokyo pada Agustus 2026. Sehingga, saham Honda dan Nissan akan dihapuskan dari perdagangan.
Merger ini diharapkan menciptakan efisiensi senilai US$6,4 miliar melalui sinergi operasional. Namun, tantangan besar mengintai, terutama terkait masalah performa Nissan.
Penjualan Nissan di Cina telah turun setengahnya dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini, memaksa CEO Makoto Uchida meluncurkan langkah-langkah perombakan darurat bulan lalu. Selain itu, ancaman tarif kendaraan impor oleh Presiden AS terpilih, Donald Trump, akan semakin menekan pendapatan yang sudah lemah.
Baca Juga: Mobil Hybrid Dapat Insentif 3%, Toyota hingga Honda Diminta Segera Daftarkan Merek
CEO Honda, Toshihiro Mibe, juga berhati-hati dalam menjalankan merger ini. "Penggabungan bukanlah upaya penyelamatan bagi Nissan, melainkan harus didasarkan pada pemulihan kinerja perusahaan," tegas Toshihiro.
Dalam presentasi terbaru, Mibe menyebutkan target Nissan untuk meningkatkan laba operasional dari 150 miliar yen pada tahun fiskal ini menjadi hampir tiga kali lipat pada pertengahan 2026. Namun, proyeksi analis hanya memperkirakan pertumbuhan sekitar 50%.
Sementara itu, Mitsubishi Motors—yang sahamnya 34% dimiliki Nissan—akan memutuskan pada akhir Januari 2025 apakah akan bergabung dalam rencana ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: